kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Yuk simak informasi penting hari ini!


Selasa, 24 Desember 2013 / 06:58 WIB
Yuk simak informasi penting hari ini!
ILUSTRASI. Kenali 4 Penyebab Rambut Patah dan Bercabang yang Perlu Anda Tahu


Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Berikut adalah sejumlah topik hangat yang layak disimak hari ini:

- Pemerintah tunjuk 28 agen penjual sukri 2014

Penerbitan surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk negara ritel seri SR006 kian dekat. Untuk penerbitan instrumen yang kerap disebut sukri ini, pemerintah menunjuk 28 agen penjual.

Agen penjual ini adalah 19 bank dan sembilan perusahaan sekuritas. Bank-bank yang akan menjadi agen penjual sukri seperti Bank Mandiri, BNI, BCA, Bank Muamalat, Bank ANZ Indonesia, Bank Syariah Mandiri, BII, BRI, Standard Chartered Bank, BRI Syariah, Citibank, Bank OCBC NISP, BTN, HSBC, Bank Danamon, Bank Panin, Bank Permata, CIMB Niaga dan Bank DBS.

Sembilan sekuritas agen penjual adalah Mandiri Sekuritas, Sucorinvest Central Gani, Danareksa Sekuritas, Bahana Securities, Mega Capital Indonesia, Valbury Asia Securities, Trimegah Securities, Reliance Securities dan Maybank Kim Eng Securities.

- Penerbitan obligasi melorot 33,71%

Perlambatan ekonomi global turut berdampak pada penurunan kinerja pasar modal. Nilai penawaran umum obligasi sepanjang 2013 turun 33,71% menjadi Rp 57,77 triliun ketimbang tahun lalu sebesar Rp 87,15 triliun.

Jumlah penerbit obligasi baru tahun ini juga turun dari 62 emiten menjadi 50 emiten. Emisi tersebut termasuk penawaran umum berkelanjutan (PUB) dan sukuk.

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman Hadad mengatakan, pasar modal dari awal Januari 2013 hingga Mei 2013 masih menunjukkan pertumbuhan yang positif. Namun, ada pembalikan sentimen pasar pada pertengahan tahun akibat meningkatnya kekhawatiran pasar atas kebijakan stimulus dari bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve.

"Selain itu, kebijakan debt ceiling di AS, belum konklusifnya penyelesaian krisis di Zona Eropa dan peningkatan tensi politik yang terjadi di beberapa negara seperti Suriah, Mesir dan Iran juga semakin memberikan tekanan terhadap pasar keuangan kita tahun ini," papar Muliaman.

- Posisi rupiah

Rupiah menguat tipis. Senin (23/12), pasangan USD/IDR di pasar spot turun 0,15% ke 12.195. Pairing USD/IDR berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia juga turun 0,16% ke 12.193.

Albertus Christian, analis Monex Investindo Futures mengatakan, penguatan rupiah hanya karena aksi profit taking menjelang libur panjang. Beberapa data ekonomi terbaru Amerika Serikat (AS) bisa membuat rupiah kembali terkulai.

Menurut Albertus, ada dua data yang berpotensi menguatkan dollar AS. "Data personal spending dan sentimen peningkatan kepercayaan konsumen dibanding periode sebelumnya," ujar Albertus, Senin (23/12).

- Posisi IHSG

Meski mampu meminimalisir penurunan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetap ditutup di zona merah. Pada pukul 16.00 WIB, indeks turun 0,14% menjadi 4.189,6.

Ada 176 saham yang turun sehingga memberatkan langkah IHSG. Sementara, jumlah saham yang naik sebanyaj 77 saham dan 85 saham lainnya diam tak bergerak. Volume transaksi sore ini melibatkan 4,957 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 3,649 triliun.

Secara sektoral, ada enam sektor yang menurun. Tiga sektor dengan penurunan paling besar di antaranya yakni: sektor pertambangan yang turun 1,03%, sektor infrastruktur turun 0,76%, dan sektor barang konsumen turun 0,66%.

- Posisi Wall Street

Mayoritas saham di bursa AS ditutup di zona positif pada transaksi tadi malam (23/12). Pada pukul 16.00 waktu New York, indeks Standard & Poor's 500 naik 0,5% menjadi 1.828,09. Sedangkan indeks Dow Jones Industrial Average naik 0,5% menjadi 16.295,83.

Ada sejumlah faktor yang membuat bursa AS melesat. Pertama, saham Apple Inc melaju pada transaksi tadi malam. Kedua, Badan Moneter Internasional (IMF) menaikkan outlook perekonomian AS. Langkah IMF tersebut dilakukan berdasarkan adanya kesepakatan anggaran oleh Kongres AS dan rencana the Federal Reserve untuk memangkas nilai stimulus mereka. Sekadar informasi, IMF memprediksi, ekonomi AS akan tumbuh 2,6% pada tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×