Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) berhasil membukukan kinerja yang apik sepanjang kuartal I-2022. Tercatat, bank pelat merah ini membukukan pendapatan sebesar Rp 20,48 triliun atau naik 17,1% secara year on year.
Dari sisi bottomline, BMRI mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang signifikan, yakni melonjak 70% secara tahunan menjadi Rp 10 triliun.
Analis Trimegah Sekuritas Prasetya Gunadi dalam risetnya pada 28 April 2022 bilang, perolehan laba bersih tersebut berada di atas ekspektasi maupun konsensus, karena telah memenuhi masing-masing 30,9% dan 30,6%.
“Biaya provisi yang lebih rendah pada kuartal I-2022, yakni Rp 3,9 triliun menjadi alasan utama apiknya laba BMRI,” tulisnya dalam riset.
Sementara itu, kredit BMRI tercatat sebesar Rp 1.072,9 triliun atau tumbuh 2,2% secara kuartalan. Menurut Prasetya, hal ini didorong oleh kredit dengan yield tinggi seperti segmen mikro dan komersil yang memang menjadi strategi utama BMRI ke depan.
Baca Juga: Bank Geber Penyaluran Kredit Lewat Kanal Digital
Sementara Head of Research Henan Putihrai Sekuritas Robertus Hardy mengatakan, BMRI juga akan mendapatkan kredit dengan yield tinggi dari segmen infrastruktur mengingat posisinya sebagai salah satu bank Himbara.
“BMRI juga memiliki captive client dari perusahaan BUMN yang masing-masing karyawannya dapat diarahkan untuk mengkonsumsi produk-produk perbankan BMRI yang memiliki yield lebih tinggi,” ujar Robertus ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (13/5).
Pada kuartal I-2022, BMRI juga berhasil menurunkan pinjaman Covid-19 yang direstrukturisasi dari Rp 69,7 triliun menjadi Rp 67,7 triliun. Perlu diketahui, sebanyak 44,2% dari totalnya merupakan pinjaman yang berisiko rendah dan 39,9% berisiko sedang.
Prasetya melihat, BMRI bisa mencapai target pertumbuhan pinjaman yang ditetapkan, yakni di atas 8% untuk tahun ini. Perbankan pelat merah ini juga akan berfokus memberikan pinjaman ke segmen dengan yield yang tinggi. Oleh karena itu, ia memprediksi NIM BMRI pada tahun ini akan di kisaran 5,1% - 5,5%.
Namun, dengan potensi kenaikan suku bunga di masa yang akan datang, Prasetya menilai BMRI harus mempersiapkan diri dengan lebih baik seiring berencana meningkatkan NIM-nya.
“CoC diproyeksi juga akan lebih rendah untuk tahun ini, berada di rentang 1,4% - 1,7%, seiring dengan BMRI yang punya manajemen risiko kualitas aset yang lebih baik,” imbuh Prasetya.
Pada tahun ini, Prasetya memperkirakan BMRI bisa mencetak pendapatan sebesar Rp 82,56 triliun dengan laba bersih capai Rp 32,48 triliun.
Ia pun masih mempertahankan rekomendasi beli untuk sahan BMRI dengan target harga Rp 9.200 per saham. Robertus juga memberi rekomendasi beli dengan target harga Rp 9.100 per saham bagi BMRI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News