Reporter: Nur Qolbi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham emiten konstruksi, termasuk PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) punya prospek menarik pada tahun depan. Hal tersebut didukung oleh kenaikan anggaran infrastruktur pemerintah, pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), dan persiapan menuju tahun politik di 2024.
Analis Phintraco Sekuritas Rio Febrian mengatakan, dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2023, pemerintah menetapkan anggaran infrastruktur sebesar Rp 392 triliun. Jumlah tersebut naik 7,78% dibanding anggaran infrastruktur tahun 2022.
Selain itu, pemerintah merencanakan pembangunan IKN dengan total biaya Rp 466 triliun sampai dengan tahun 2045. Hal ini menunjukkan fokus pemerintah dalam mengupayakan pemerataan infrastruktur, termasuk rencana pemindahan ibu kota.
Berkat pembangunan IKN tersebut, ADHI berpotensi mencatatkan peningkatan kontrak baru pada tahun depan. ADHI pun menargetkan pertumbuhan kontrak baru sebesar 15%-20% pada tahun 2023, dari target kontrak baru 2022 yang sebesar Rp 22 triliun-Rp 23 triliun.
Baca Juga: Menang Tender Rumah Dinas Menteri, Adhi Karya (ADHI) Kembali Garap Proyek IKN
Sebelumnya, Direktur Utama Adhi Karya Entus Asnawi mengatakan, ADHI menargetkan dapat memperoleh kontrak IKN hingga Rp 3, 5 triliun pada tahun ini dari total nilai proyek IKN sebesar Rp 20 triliun.
Sentimen pendorong lainnya pada tahun 2023 juga berasal dari persiapan menuju tahun politik 2024. "Berbagai kampanye yang dilakukan berpotensi mengakselerasi realisasi proyek infrastruktur di 2023 dan 2024 yang berpotensi mendorong kinerja keuangan sejumlah emiten konstruksi," tutur Rio saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (6/12).
Menurut Rio, harga saham ADHI tergolong menarik. Per perdagangan Selasa (6/12), harga ADHI berada di level Rp 482 per saham yang menunjukkan price to book value (PBV) sebesar 0,71x berdasarkan laporan keuangan per kuartal III-2022. PBV tersebut relatif berada di bawah PBV sektor infrastruktur yang sebesar 1,27x per Oktober 2022.
Meskipun begitu, secara teknikal, Rio menyarankan investor untuk wait and see ADHI terlebih dahulu karena ada potensi pelemahan lanjutan. Hal ini terlihat dari pelebaran negative slope di MACD dan stochastic RSI yang berada di area jenuh jual.
Secara teknikal, investor dapat mengoleksi saham ADHI saat berada di Rp 470. Target harga 1 diperkirakan berada di Rp 515 dan target harga 2 di Rp 555, serta stop loss di Rp 455 per saham.
Analis Panin Sekuirtas Aqil Triyadi juga melihat prospek positif pada ADHI di tahun 2023. Kontrak dari proyek-proyek IKN dan fokus ADHI untuk mengembangkan recurring income dari bisnis properti akan menjadi faktor pendorong pertumbuhan kinerja di 2023.
Baca Juga: Prospek Kinerja Adhi Karya (ADHI) yang Berpotensi Menang Tender Proyek IKN
"Di sisi lain, ada sentimen pemberat dari peningkatan inflasi dan suku bunga yang cenderung tinggi," ucap Aqil. Ia rekomendasikan hold ADHI dengan target harga Rp 585 per saham.
Dalam riset tanggal 14 Novembwr 2022, Analis Ciptadana Sekuritas Arief Budiman juga merekomendasikan hold ADHI dengan target harga Rp 575 per saham.
Target harga ini diturunkan dari Rp 860 per saham karena jumlah saham beredar yang lebih banyak setelah rights issue dan adanya revisi laba bersih.
Arief memangkas proyeksi laba bersih ADHI untuk tahun 2022 sebesar 64% menjadi Rp 62 miliar dan laba bersih 2023 sebesar 69% menjadi Rp 109 miliar. Hal ini sejalan dengan dinaikkannya proyeksi biaya seiring dengan margin yang lebih rendah dari perkiraan.
Sepanjang sembilan bulan 2022, ADHI membukukan laba bersih sebesar Rp 21 miliar. Jumlah ini setara 12%-18% dari prediksi Ciptadana Sekuritas sebelumnya dan konsensus untuk laba bersih tahun 2022.
Di sisi lain, setelah rights issue, debt to equity ratio (DER) ADHI turun menjadi 1,3x dari 1,8x pada 2021, terendah di sektornya. Kondisi ini meningkatkan kemampuan ADHI dalam mengamankan pinjaman tambahan untuk membiayai pelaksanaan proyek.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News