kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Yield SUN tinggi, kinerja reksadana pendapatan tetap rentan terkoreksi


Jumat, 22 Juni 2018 / 20:21 WIB
Yield SUN tinggi, kinerja reksadana pendapatan tetap rentan terkoreksi
ILUSTRASI. Reksadana


Reporter: Dimas Andi | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana pendapatan tetap diperkirakan masih rentan turun dalam jangka pendek. Hal ini mengingat yield surat utang negara (SUN) kembali dalam tren kenaikan pasca kenaikan suku bunga The Federal Reserves pekan lalu.

Mengutip Bloomberg, Jumat (22/6), yield SUN seri acuan 10 tahun telah menembus level 7,48%. Di sisi lain, yield US Treasury berada di level 2,91% pada hari yang sama.

Head of Investment Avrist Asset Management, Farash Farich mengatakan, kenaikan yield SUN berpotensi memperlambat kinerja reksadana pendapatan tetap, terutama yang aset portofolionya didominasi oleh SUN.

Reksadana pendapatan tetap kian tertekan setelah nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat melemah. “Pelemahan rupiah menyebabkan investor asing melakukan penjualan obligasi di Indonesia,” ujar Farash, Jumat (22/6).

Memang, hari ini kurs rupiah di pasar spot kembali menguat 0,11% ke level Rp 14.086 per dollar AS. Namun, level Rp 14.000 dinilai bukanlah posisi yang ideal bagi rupiah.

Farash melanjutkan, kenaikan suku bunga acuan BI dalam waktu dekat tidak menjadi masalah besar bagi kinerja reksadana pendapatan tetap. Ini dengan catatan, kenaikan tersebut terbukti ampuh menstabilkan kembali posisi kurs rupiah. Sedangkan di sisi lain, yield US Treasury tidak mencatat kenaikan lebih jauh.

Sebaliknya, Direktur Panin Asset Management, Rudiyanto menilai, kinerja reksadana pendapatan tetap bakal merosot jika BI kembali menaikan suku bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur pekan depan. Sebab, kenaikan tersebut dapat membuat harga obligasi kembali terkoreksi. “Terus terang, kenaikan suku bunga BI secara berkali-kali dalam waktu singkat agak di luar perkiraan,” katanya, hari ini.

Meski begitu, ia berpendapat bahwa kenaikan suku bunga acuan BI dianggap tetap penting jika melihat kebutuhan ekonomi Indonesia secara makro. Selain itu, jika pergerakan rupiah kembali normal pasca kenaikan tersebut, kinerja reksadana pendapatan tetap diharapkan bisa stabil dalam jangka panjang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×