Sumber: KONTAN | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Selasa besok, Pemerintah akan kembali menggelar lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) alias sukuk untuk menambal defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2009. Rencanya, Pemerintah akan menawarkan tiga seri sukuk dengan target perolehan indikatif senilai Rp 1,5 triliun.
Ketiga seri sukuk yang akan dilelang adalah IFR0003 yang bertenor enam tahun, IFR0004 yang jatuh tempo 11 tahun, serta IFR0005 yang memiliki jatuh tempo 15 tahun.
Para analis masih yakin, peminat sukuk ini tak akan kalah banyak dibandingkan lelang sebelumnya. Apalagi, Standard & Poor's akhir pekan lalu menaikkan prospek peringkat utang Indonesia dari stabil menjadi positif. Itu berarti, pada evaluasi berikutnya, lembaga pemeringkat utang ini mungkin akan menaikkan peringkat utang Indonesia, baik jangka panjang maupun jangka pendek.
Head of Debt Research Danareksa Sekuritas Budi Susanto malah meyakini, permintaan sukuk besok akan membeludak. Sebab, pasokan sukuk di pasaran masih minim sementara permintaannya meningkat. Selain itu, peminat sukuk tidak hanya berasal dari kalangan investor sukuk, melainkan juga dari investor surat utang konvensional.
Mesti tekan imbal hasil
Dengan posisi tawar yang kuat seperti itu, pemerintah mestinya lebih berani menekan permintaan imbal hasil sukuk pada lelang kali ini. Jadi, imbal hasil sukuk ini tidak akan menjadi beban berat dalam anggaran negara. "Belajar dari lelang sukuk dua pekan lalu, investor seharusnya meminta imbal hasil yang tidak terlalu tinggi," saran Budi, kemarin (25/10).
Pada lelang perdana sukuk 13 Oktober lalu, pemerintah tidak menyerap penawaran yang masuk. Padahal, angka penawaran dari investor mencapai Rp 5,08 triliun.
Pemerintah berdalih, investor mengajukan penawaran imbal hasil yang terlalu tinggi. Untuk lelang IFR0003, investor meminta imbal hasil 9,75%-11,5%. Pemodal juga meminta imbal hasil 10,5%-12% setahun dari seri IFR0004.
Menurut Agus Salim, Head of Debt & Capital Market Trimegah Securities, imbal hasil sukuk mesti sebanding dengan imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) bertenor sama, bahkan bisa lebih rendah lagi. Sebab, sukuk mempunyai aset riil sebagai jaminan.
Tapi, wajar pula apabila saat ini investor masih meminta premium. Sebab, likuiditas sukuk relatif lebih rendah ketimbang SUN. "Tapi premium likuiditas ini tidak terlalu besar, paling sekitar 0,2%-0,4% di atas SUN acuannya," imbuhnya.
Berdasarkan data Bloomberg, akhir pekan lalu, imbal hasil SUN FR0027 yang bertenor enam tahun mencapai 9,37%, dan FR0031 bertenor 11 tahun sebesar 10,22%. Adapun imbal hasil FR0044 yang akan jatuh tempo 15 tahun lagi sebesar 10,55%.
Bila pemerintah dan investor berhasil menyepakati imbal hasilnya, Budi optimistis, lelang sukuk akan dengan mudah mencapai target indikatif senilai Rp 1,5 triliun.
Sebaliknya, kata Budi, bila investor bersikeras meminta imbal hasil tinggi, Pemerintah pun tidak akan segan-segan mengulang aksinya dua pekan lalu. Dengan kata lain, lelang berakhir dengan nihil penyerapan. Alasannya, "Selama ini, target penerbitan Surat Berharga Syariah Negara oleh Pemerintah sudah hampir terpenuhi," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News