Reporter: Yuliani Maimuntarsih | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Yen tampil perkasa. Mata uang Jepang ini menguat versus sejumlah mata uang utama dunia, karena tersokong sentimen positif ekonomi China.
Maklum, tak sedikit perusahaan asal Jepang yang melakukan kegiatan produksi di wilayah China. Jadi, data inflasi China per Januari yang dilaporkan stabil dispekulasikan dapat mendukung prospek penjualan produk Jepang. Pasalnya, dengan Inflasi yang terkendali memberi ruang bagi pemerintah China untuk memacu konsumsi domestik.
Padahal, sebelumnya, yen melemah menyusul keputusan Bank of Japan (BoJ) menambah fasilitas pinjaman perbankan dua kali lipat.
Data Bloomberg menunjukkan, Rabu (19/2) pukul 19.35 WIB, JPY menguat 0,98% terhadap USD menjadi 101,95. Yen juga terapresiasi 0,49% versus EUR ke level 140,14. Kemudian, yen juga menguat 0,39% terhadap AUD menjadi 92,038.
Analis pasar uang, Ibrahim menyebut, sentimen positif di Jepang cukup kuat. Sementara, dari sisi dollar AS justru sedang tertekan karena klaim pengangguran AS per pekan lalu diprediksi menyusut. "Ini yang mendorong yen lebih kuat. Tapi setelah akumulasi kenaikan, ada potensi untuk koreksi," ujarnya.
Sementara, analis Megagrowth Futures Wahyu Tribowo Laksono, bilang, AUD tertekan melawan JPY karena faktor teknikal. Kemarin, aussie justru sempat menguat versus JPY. "Koreksi terjadi karena pairing AUD/JPY memang sudah sangat tinggi (overbought)," katanya.
Analis Soegee Futures, Nizar Hilmy menilai, pasangan EUR/JPY sebenarnya masih dalam tren naik, tapi tertahan di bawah level 141, karena minimnya sentimen dari zona Eropa. Di sisi lain, yen masih mendapat sentimen positif dari ekspektasi pemulihan ekonomi di China. "Karena Eropa sepi katalis, pasangan EUR/JPY sangat digerakkan sentimen Jepang," ujarnya.
Namun, lanjut Nizar, Kamis ini (20/2), rilis indeks PMI manufaktur dan jasa zona Eropa akan memengaruhi pergerakan EUR/JPY.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News