Reporter: Agus Triyono, Agung Jatmiko | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Yen menguat terhadap sejumlah mata uang utama. Bursa saham regional yang melemah mendorong peningkatan permintaan safe haven, termasuk yen. Inilah yang menjadi salah satu penyebab penguatan yen.
Pasangan EUR/JPY, kemarin (3/6), pukul 19.45 WIB, melemah 0,34% menjadi 130,33 dibanding harga pada akhir pekan lalu. Pairing USD/JPY turun 0,21% menjadi 100,24, dan AUD/JPY terkoreksi 0,67% menjadi 96,17.
Data purchasing managers indeks (PMI) China di bulan Mei dari HSBC yang mengecewakan membuat pelaku pasar mengalihkan dana ke aset yang lebih aman. Yen Jepang menjadi salah satu instrumen yang terimbas positif oleh kondisi ini. Indeks manufaktur China di Mei hanya mencapai level 49,2 atau turun jika dibandingkan PMI di April yang mencapai 49,6.
Selain itu, pelaku pasar juga masih menunggu The Fed mengenai kebijakan stimulus di AS dan juga data ketenagakerjaan yang akan dirilis akhir pekan ini.
Suluh Adil Wicaksono, analis Millennium Penata Futures mengatakan, yen juga mendapatkan topangan dari data ekonomi AS yang negatif di akhir pekan lalu. "Itu telah memicu pasar melakukan aksi profit taking. Alhasil, dollar melemah terhadap yen," kata Suluh.
Ariston Tjendra, analis Monex Investindo Futures memperkirakan, tren penguatan yen tidak akan berlangsung lama. Efek jangka menengah dari program stimulus moneter yang dilakukan oleh Bank Sentral Jepang (BoJ) untuk mendorong pertumbuhan ekonomi negeri sakura itu, akan kembali membuat valas yen tertekan.
Sementara itu, untuk pasangan AUD/JPY, Nizar Hilmy, analis SoeGee futures mengatakan, aussie, sebutan dollar Australia, sensitif terhadap kondisi ekonomi China. Maklum saja, China merupakan mitra dagang utama Australia. "Ketika ada data ekonomi bagus di China, itu akan mendorong aussie, begitu juga sebaliknya," kata Nizar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News