Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) punya banyak opsi untuk mencari pendanaan eksternal guna membiayai ekspansi. Salah satu rencana yang akan dikerjakan tahun ini adalah penerbitan obligasi. Jika melihat kebutuhan modal tahun ini, nilai obligasi yang akan diterbitkan sekitar Rp 500 miliar.
"Ini sudah dimasukkan ke Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) tahun ini," ujar Direktur Keuangan WTON Entus Asnawi, Rabu (11/1).
WTON masih mengkaji detil rencana ini. Tapi kemungkinan besar, obligasi ini akan dirilis pada semester kedua. Anak usaha PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) ini merencanakan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 680 miliar tahun ini.
Selain untuk modal kerja, alokasi capex ini akan banyak digunakan untuk penyelesaian sejumlah pabrik beton pracetak atau precast. Salah satu yang hampir tuntas pengerjaannya adalah pabrik precast di Subang, Jawa Barat, yang memiliki kapasitas produksi sekitar 200.000 ton per tahun.
"April ini sudah bisa produksi," tambah Sekretaris Perusahaan WTON Puji Haryadi pada kesempatan yang sama.
Selain obligasi, opsi pendanaan lain WTON adalah menjual kembali saham tresuri. Seperti diketahui, WTON memiliki 377,15 juta saham tresuri, atau setara 4,3% dari modal ditempatkan dan disetor penuh WTON.
Hingga November 2016 lalu, WTON mengempit saham tersebut genap selama tiga tahun. Sesuai peraturan pasar modal, saham tresuri wajib dilepas kembali ke pasar setelah periode tiga tahun. Penjualan bisa dilakukan secara bertahap atau sekaligus.
Namun, lanjut Entus, pelepasan saham tresuri ini juga mempertimbangkan harga saham yang beredar di pasar. "Kalau harga saham WTON bisa mencapai Rp 1.000 atau Rp 1.100, ini sudah cukup bagus," tambah Entus.
Informasi saja, pada perdagangan kemarin, harga saham WTON ditutup melemah sebesar 15 poin ke level Rp 835 per saham. Tapi, pelepasan saham tresuri ini, lanjut Entus, juga bisa dibilang menjadi opsi kesekian sebagai sumber pendanaan.
Sebab, selain obligasi, WTON masih memiliki ruang yang lebar untuk mencairkan pinjaman atas fasilitas pinjaman yang selama ini sudah dimiliki perseroan.
"Debt to equity ratio (DER) kami masih dibawah satu kali, gearing ratio juga 0,3 kali, jadi kami masih bisa menarik pinjaman," jelas Entus.
Pilihan antara obligasi atau pinjaman juga menyesuaikan kebutuhan. Jika WTON memang memerlukan modal besar untuk ekspansi, maka obligasi dipilih. Tapi jika hanya untuk modal kerja, pinjaman bank saja cukup.
Tahun ini, WTON menargetkan pendapatan dan laba bersih masing-masing Rp 5 triliun dan Rp 330 miliar. Hingga akhir September, WTON mencatat pendapatan dan laba bersih masing-masing Rp 2,24 triliun dan Rp 164,42 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News