Reporter: Tantyo Prasetya | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. PT World Harvest Textile mengakuisisi perusahaan tekstil PT Asia Pacific Investama Tbk (MYTX). World Harvest membeli 77,53% saham MYTX pada 20 Juni 2017. Aksi M&A tersebut disampaikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa yang dilaksanakan di Graha BIP, Jakarta, Selasa (11/7).
Dengan pembelian saham mayoritas oleh PT World Harvest Textile, sisa pemegang saham dimiliki oleh publik sebesar 22,47%.
Dengan aksi akuisisi tersebut, terjadi perubahan susunan komisaris dan direksi perseroan, dengan pengangkatan Benny Soetrisno dari semula Direktur Utama menjadi Komisaris. Posisi Direktur Utama kini dipegang oleh Ewijaya.
Sayang, Ewijaya menolak untuk membeberkan nilai akuisisi tersebut. Menurutnya, penjelasan nilai akuisisi merupakan wewenang dari pemegang saham baru. Namun yang pasti, menurutnya, ini merupakan akuisisi pertama World Harvest Textile di sektor tekstil di Indonesia.
"Nilai akuisisi urusan pemegang saham, mereka akan jelaskan sesuai aturan. Perseroan tidak memegang nilai akuisisi," kata Ewijaya di Jakarta.
Sekadar informasi, hingga kuartal 1 2017, perseroan sudah membukukan penjualan sebesar Rp 337,5 miliar atau turun 22,4% dibanding kuartal 1 tahun lalu senilai Rp 434,9 miliar.
Tahun ini, MYTX menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 30% dibandingkan tahun 2016 yang sebesar Rp 1,29 triliun. Artinya, perseroan optimistis mendapatkan penjualan sebesar Rp 1,67 triliun di akhir tahun 2017.
Perseroan berencana menganggarkan belanja modal (capex) sebesar US$ 5 juta-US$ 10 juta pada tahun ini, yang berasal dari kombinasi antara kas internal dan pemegang saham yang baru. Rencananya capex tersebut untuk perbaikan dan modernisasi mesin.
"Kami fokus untuk perbaikan cash flow. Tujuan utama mengurangi beban bunga di level perseroan. Juga, niat refinancing agar dapat bunga yang lebih rendah. Seperti yang sudah diketahui, kreditur terbesar dari Mandiri. Dari Mandiri kami sudah restrukturisasi," terang Ewijaya.
Ke depan, perseroan akan meningkatan belanja modal sebesar US$ 20 juta-US$ 30 juta pada tahun 2018 yang juga akan digunakan untuk modernisasi mesin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News