Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus bergerak rally sejak akhir September 2021. Dari level 6.100-an pada pengujung bulan lalu, IHSG pada perdagangan Selasa (12/10) ditutup di posisi 6.486,27.
Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengatakan, kenaikan IHSG yang terjadi belakangan ini didorong oleh aksi window dressing investor. Aksi ini biasanya dilakukan para perusahaan menjelang akhir tahun untuk mempercantik portofolio investasinya.
Menurut Hendriko, window dressing kali ini banyak terjadi pada saham-saham blue chip, seperti perbankan BUKU IV, saham PT Astra International Tbk (ASII), dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).
Hendriko memprediksi, hingga akhir tahun, saham-saham berkapitalisasi pasar besar tersebut masih dapat menjadi buruan seiring window dressing yang masih berlangsung.
Kepala Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia Ike Widiawati juga menyampaikan, IHSG pada hari ini kembali naik dan sempat menembus level 6.500.
"Kenaikan ini terjadi pada saham konstruksi, perbankan BUKU III dan BUKU IV, serta yang paling signifikan yakni dari saham batubara," ucap Ike saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (12/10).
Baca Juga: IHSG naik 0,41% ke 6.486 pada Selasa (12/10), net sell asing capai Rp 428,61 miliar
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menambahkan, saham pertambangan dan agrikultur juga menjadi sektor yang digandrungi pada window dressing tersebut. Hingga akhir tahun, Sukarno melihat, aksi window dressing potensial berlanjut sehingga terus mendorong kenaikan IHSG.
"Pergerakan selanjutnya jika IHSG mampu menembus level 6.504 maka bisa lanjut untuk uji resistance 6.636-6.693," kata Sukarno Meskipun begitu, Sukarno menilai, pergerakan IHSG saat ini cenderung sideways, sebelum melanjutkan kenaikan.
Oleh sebab itu, saat ini dinilai menjadi waktu yang tepat bagi investor untuk masuk kembali ke pasar saham. Menurut dia, saham-saham properti menarik untuk dikoleksi karena masih berpeluang melanjutkan penguatan.
Sementara itu, Hendriko merekomendasikan investor untuk buyBBNI dengan target harga Rp 8.000, BMRI Rp 8.900, BBRI Rp 4.200, dan ASII Rp 7.000 per saham. Keempat saham ini dipilih karena memiliki forward price earnings ratio (PER) dan price to book value (PBV) yang lebih rendah dari rata-rata PER dan PBV dalam lima tahun terakhir.
Sementara Ike melihat, saham-saham yang masih memiliki potensi kenaikan cukup tinggi berasal dari sektor konstruksi, seperti ADHI, PTPP, WIKA, WSKT, WSBP, WTON, dan WEGE.
Menurut dia, emiten konstruksi masih memiliki potensi untuk menguat jika mampu menembus area konsolidasi harganya.
Selanjutnya: Menakar potensi dan prospek saham GoTo ketika IPO
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News