Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Tak ingin kehilangan momentum, emiten konstruksi menggeber ekspansi di awal tahun ini. Dua emiten konstruksi pelat merah, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI), mengantongi kontrak anyar senilai total Rp 6,37 triliun sekaligus mencatatkan pertumbuhan signifikan.
Hingga pekan kedua Maret 2016 misalnya, WIKA meraih kontrak baru sekitar Rp 4,67 triliun. Pencapaian tersebut setara dengan 8,9% dibandingkan target kontrak anyar tahun ini yang mencapai Rp 52,2 triliun.
Pencapaian tersebut tumbuh 35,76% ketimbang perolehan kontrak baru di periode yang sama tahun lalu, Rp 3,44 triliun. Sedangkan ADHI mengantongi kontrak anyar Rp 1,7 triliun per akhir Februari 2016.
Jumlah tersebut setara 6,7% target kontrak baru 2016 senilai Rp 25,1 triliun. Angka itu tumbuh 25,5% ketimbang kontrak baru di periode sama tahun lalu Rp 1,3 triliun.
Menurut Suradi Wongso, Sekretaris Perusahaan WIKA, sekitar 31% kontrak baru atau Rp 1,45 triliun disumbangkan anak usaha PT Wika Gedung. "Wika Gedung bekerjasama dengan Grup Puncak membangun sejumlah proyek di Surabaya," kata Suradi, dalam keterangan resmi yang diperoleh KONTAN, Sabtu (12/3).
Wika Gedung mendapatkan kontrak dari Grup Puncak menggarap proyek pembangunan hotel, gedung perkantoran, convention hall dan apartemen di Surabaya. Penandatangan kerjasama berlangsung pada 12 Maret 2016.
Hotel yang akan dibangun terdiri dari 12 lantai, mal dan convention hall tiga lantai serta apartemen meliputi lima tower dengan kapasitas 4.320 unit. Lingkup pekerjaan Wika Gedung dalam proyek tersebut terdiri dari pekerjaan desain dan struktur, pekerjaan tiang pancang, arsitektur, mechanical, electrical, plumbing (MEP) sertaeskternal.
Pekerjaan tersebut direncanakan rampung selama 1.460 hari kalender kerja. Selain kontribusi dari anak usaha, perolehan kontrak baru perseroan antara lain didapat dari proyek pembangunan jaringan gas Prabumulih senilai Rp 296 miliar bersama konsorsium PT Rekayasa Industri dan NK.
Dalam proyek tersebut, WIKA memegang porsi terbesar, yakni mencapai 60%. WIKA juga dipercaya menggarap proyek strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), yang terdiri dari stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) Bekasi, fasilitas penerangan jalan umum, tanki bahan bakar nabati dan pembangunan pembangkit listrik minihidro di Papua senilai Rp 207,33 miliar.
Kemudian proyek lain yang sudah diperoleh WIKA seperti pekerjaan pembangunan jalan tol Manado-Bitung senilai Rp 169,63 miliar, pembangunan elevated road Maros-Bone senilai Rp 91,46 miliar serta proyek jalan tol Bawen-Solo seksi II sebesar Rp 75,4 miliar.
Proyek swasta Sementara, ADHI pada awal tahun ini mengantongi proyek antara lain Apartement Cinere Terrace Suites senilai Rp 315,2 miliar, jaringan pipa gas Kota Tarakan senilai Rp 199,2 miliar, pembangunan rumah susun Bojong senilai Rp 241,7 miliar di Bogor, pekerjaan struktur dan arsitektur pembangunan fasilitas produksi gedung Pharma I dan gedung Utility pabrik Kimia Farma senilai Rp 136,5 miliar di Bandung, serta pembangunan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin senilai Rp 129 miliar.
Kontrak baru yang berhasil diraih ADHI sepanjang dua bulan pertama tahun ini didominasi oleh proyek swasta, dengan kontribusi Rp 875,5 miliar atau sekitar 51,5%. Kontribusi proyek swasta sejalan target ADHI.
Pada 2016, emiten ini menargetkan proyek swasta menyumbang 37,1% terhadap total target kontrak baru. Sementara proyek pemerintah menyumbang 25,3% dan proyek BUMN menyumbang 23,2%. Padahal, tahun ini ADHI merancang proyek pemerintah bisa berkontribusi 37,2% dan BUMN menyumbang 25,7% terhadap perolehan kontrak anyar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News