Reporter: Namira Daufina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Penggunaan gas alam yang tinggi untuk pendingin ruangan tidak serta merta mampu menjaga kenaikan harga. Setelah melonjak ke level tertingginya pada perdagangan kemarin, harga hari ini harus terkikis.
Mengutip Bloomberg, Selasa (21/6) pukul 11.36 WIB harga gas alam kontrak pengiriman Juli 2016 di New York Mercantile Exchange turun 0,44% ke level US$ 2,73 per mmbtu.
Koreksi ini dinilai akibat aksi profit taking yang dilakukan oleh pelaku pasar akibat laju kenaikan harga yang sudah tinggi. Karena kalau berkaca dari sisi fundamental, harga masih kuat untuk kembali naik. Belum ada alasan yang bisa menggores laju harga.
“Musim panas, cuaca yang panas dan ini sedang terjadi saat ini. Pasar memang sedang bergerak sendiri karena faktor teknikal, tapi fundamental mengatakan sebaliknya,” kata Jason Schenker, President of Prestige Economics LLC di Austin, Texas, seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (21/6).
Dari ramalan cuaca yang dirilis oleh AccuWeather Inc suhu cuaca tertinggi akan terjadi di Los Angeles pekan ini. Tentunya kebutuhan pasar akan pendingin ruangan akan semakin tinggi dan ini menguntungkan pergerakan harga gas alam.
“Kita akan melihat permintaan yang kuat dan produksi yang menipis. Sehingga ini akan mendukung kenaikan harga lebih tinggi. Walaupun memang masih terjadi kelebihan pasokan saat ini, tapi akan ada perubahan yang dinamis dan perlahan mengikis pasokan yang ada,” ujar Gene McGillian, Senior Analyst Tradition Energy di Stamford.
Belum berhenti di situ, angin segar juga datang dari California Independent System Operator Inc yang menyampaikan kepada masyarakatnya di bagian southern untuk menghindari kelebihan penggunaan energi. Sebab pasokan gas di wilayah tersebut terbatas karena operasional produksi yang terbatas di kilang gas Aliso Canyon.
Namun bukan berarti semua mulus bagi harga gas alam. Dengan posisi harganya yang tinggi dan cuaca yang memungkinkan permintaan untuk pembangkit energi yang tinggi, bukan tidak mungkin pelaku pasar beralih.
“Kalau cuaca terus memanas seperti yang diramalkan, maka harga bisa tembus US$ 3 per mmbtu namun di sisi lain jika itu terjadi pelaku pasar akan cenderung menggunakan batubara yang murah. Artinya ada efek bumerang bagi harga gas alam,” analisis McGillian. Hal ini lah yang harus menjadi perhatian dan memberikan tekanan bagi harga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News