kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Wall Street tumbang karena kekhawatiran terhadap Italia


Kamis, 10 November 2011 / 06:24 WIB
Wall Street tumbang karena kekhawatiran terhadap Italia
ILUSTRASI. vivo S1 Pro membawa fitur teranyar yang disematkan pada smartphone ini.


Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini

NEW YORK. Pasar saham Amerika Serikat (AS) bertumbangan, karena kekhawatiran pemimpin Eropa tak dapat menjaga kesatuan zona Euro. Kecemasan itu muncul setelah yield obligasi Italia mencapai rekor, akibat rencana Perdana Menteri Silvio Berlusconi untuk mundur setelah bisa meloloskan budget reform.

Indeks Standard & Poor's 500 merosot hingga 3,7% ke posisi 1.229,10 pada penutupan pukul 4 sore waktu New York. Ini merupakan koreksi terbesarnya sejak Agustus lalu. Sementara itu, indeks Dow Jones Industrial Average tergerus 3,2% ke level 11.780,94.

Sekitar 11 saham jatuh berbanding setiap satu saham yang naik di S&P 500. Semua sektor yang diperdagangkan tergelincir ke zona merah, di mana sektor keuangan, komoditas dan industri tergelincir setidaknya 3,8%.

Beberapa saham berkapitalisasi besar turut menggerus indeks di bursa Wall Street. Misalnya Morgan Stanley dan Goldman Sachs Group Inc. yang anjlok 8,2% menyusul koreksi di perbankan Eropa. Lalu, General Motors Co. merosot 11%, dan Adobe Systems Inc. yang terbenam 7,7%.

Di pasar Eropa, Indeks Stoxx Europe 600 jatuh 1,7%, kemarin, setelah yield obligasi acuan bertenor 10 tahun melebihi 7%. Ini level rekor tertinggi sejak Uni Eropa didirikan pada 1999 silam. Chief investment strategist dari Northern Trust Corp. James McDonald menyebut, demam di Yunani memukul Italia. Menurutnya, pasar ingin tahu siapa yang akan menjadi pemimpin baru di Italia. "Sampai mereka tahu bagaimana kesediaan pemimpin yang baru untuk melaksanakan reformasi, mereka akan butuh kompensasi yang lebih tinggi," ucapnya.

Keith Wirtz, Chief investment officer Fifth Third Asset Management menilai, kondisi saat ini ibarat film menakutkan yang tidak pernah berakhir. "Masalahnya, sebagian besar negara di Eropa tidak dapat mempertahankan pemerintahan mereka. Kita akan mengalami kondisi sakit ini untuk waktu yang cukup lama," ungkapnya, di Cincinnati.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×