Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street melesat di tengah rilis kinerja keuangan emiten dan stimulus China untuk menurunkan kekhawatiran penyebaran virus corona. Selasa (4/2), Dow Jones Industrial Average naik 1,44% ke 28.807,63. Ini adalah kenaikan harian terbesar Dow Jones dalam lima bulan terakhir.
Indeks S&P 500 menguat 1,50% ke 3.297,59. Sedangkan Nasdaq Composite melesat 2,10% ke 9.467,97.
Saham-saham teknologi menyokong indeks S&PP 500 dengan kenaikan 2,6%. Sedangkan saham-saham perusahaan cip melesat.
Baca Juga: OJK Menjatuhkan Denda dan Mencabut Izin Recapital Sekuritas
Harga saham Alphabet Inc turun 2,5% setelah induk usaha Google ini melaporkan pendapatan kuartal keempat yang berakhir Desember lalu meleset. Menurut data IBES dari Refinitiv, emiten S&P 500 diperkirakan akan mencatat kenaikan laba 1,6% pada kuartal keempat. Tapi, laba tahun ini diramal naik 8,7%.
"Meski laba kuartal keempat tertekan, ini konsisten dengan pandangan pasar bahwa kinerja akan mulai tumbuh," kata Nela Richardson, investment strategist Edward Jones kepada Reuters.
Data ekonomi Amerika Serikat (AS) menunjukkan bahwa pesanan baru barang dari AS bulan Desember mencatat kenaikan terbesar dalam lebih dari 1,5 tahun terakhir. Kenaikan ini terutama berasal dari permintaan yang besar untuk pesawat militer.
Baca Juga: Proyeksi IHSG: Bergantung pada Data Pertumbuhan Ekonomi
Sementara itu, People's Bank of China menyuntikkan total 1,7 triliun yuan atau setara US$ 242,74 miliar lewat reverse repo pada hari Senin dan Selasa. Bank sentral berupaya menstabilkan pasar finansial dan memulihkan keyakinan pasar. Pada awal pekan setelah libur panjang, pasar saham sempat merosot hingga lebih dari 8%.
Pasar tertekan karena penyebaran virus corona yang belum terhenti. Para pengamat menilai, jika virus ini tidak segera ditangani dan dihentikan, pertumbuhan ekonomi China bisa terganggu. "Sejarah menunjukkan bahwa jika ada epidemik atau ancaman global berupa virus, pasar akan mencapai bottom," kata Lindsey Bell, chief investment strategist Ally Invest kepada Reuters.
Baca Juga: Prediksi Kurs Rupiah: Dari Virus Corona hingga Brexit
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News