Sumber: Reuters | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Wall Street ditutup bervariasi pada hari Jumat karena investor khawatir dengan perkembangan hubungan China dan Amerika Serikat. DI samping ketidakpastian yang sedang berlangsung tentang laju pemulihan ekonomi akibat virus corona juga jadi perhatian.
Dilansir dari Reuters, peringatan Presiden AS Donald Trump bahwa negaranya akan bereaksi keras terhadap rencana China soal undang-undang keamanan nasional di Hong Kong telah menimbulkan kekhawatiran bahwa Washington dan Beijing mungkin mengingkari perjanjian perdagangan Fase 1.
Baca Juga: Wall Street bergerak mendatar terpengaruh ketegangan AS dan China yang membara
Di akhir sesi, pasar saham naik tipis setelah Departemen Perdagangan AS mengatakan pihaknya menambahkan 33 perusahaan China dan institusi lain ke daftar hitam ekonomi untuk pelanggaran hak asasi manusia dan untuk mengatasi masalah keamanan nasional AS.
Retorika yang meningkat antara Washington dan Beijing telah merobohkan Wall Street dari posisi tertinggi multi-bulan, meskipun tiga indeks utama masih naik sekitar 3% untuk minggu ini didorong oleh optimisme tentang vaksin coronavirus dan pelonggaran pembatasan terkait virus.
“Kami masih berpikir kekhawatiran COVID-19 ada di kursi pengemudi, tetapi kami dapat melihat hubungan AS-China kembali ke kursi depan,” kata Eric Freedman, Kepala Investasi di US Wealth Management Bank.
Indeks Nasdaq turun sekitar 5% dari rekor tertinggi 19 Februari. Namun masih terbantu oleh kenaikan saham Microsoft, Amazon dan perusahaan kelas berat lainnya dalam beberapa pekan terakhir.
Baca Juga: Wall Street memerah, ketegangan baru AS-China jadi pemicunya
Dow Jones Industrial Average turun 0,04% menjadi berakhir pada 24.465,16 poin. Sementara S&P 500 naik 0,24%, menjadi 2.955,45. Nasdaq Composite naik 0,43% menjadi 9.332,59.
Selama seminggu, Dow naik 3,3%, S&P 500 naik 3,2%, dan Nasdaq naik 3,4%.
Sebagai informasi, bursa saham AS akan ditutup pada hari Senin waktu setempat karena hari libur Memorial Day.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News