kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.875   5,00   0,03%
  • IDX 7.314   118,54   1,65%
  • KOMPAS100 1.121   16,95   1,53%
  • LQ45 892   14,50   1,65%
  • ISSI 223   2,40   1,09%
  • IDX30 459   10,01   2,23%
  • IDXHIDIV20 553   13,38   2,48%
  • IDX80 129   1,38   1,09%
  • IDXV30 137   2,73   2,03%
  • IDXQ30 152   3,22   2,16%

Walau pasar lesu, instrumen saham masih menarik


Kamis, 24 Mei 2018 / 22:36 WIB
Walau pasar lesu, instrumen saham masih menarik
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Dimas Andi | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi pada instrumen berbasis saham masih dianggap prospektif bagi para investor walau pasar saham itu sendiri masih diliputi ketidakpastian.

Jika dibandingkan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah melemah 6,43% secara year on year hingga Kamis (24/5). Laju pertumbuhan IHSG tidak lebih baik dibandingkan Indonesia Composite Bond Index (ICBI) yang hanya melemah 3,35% (ytd).

Managing Director, Head Sales and Marketing Henan Putihrai Asset Management, Markam Halim mengatakan, berinvestasi di instrumen berbasis obligasi dapat menjadi pilihan yang menarik ketika tren suku bunga acuan yang rendah masih berlangsung di AS.

Namun, ketika The Fed secara gradual mulai menaikan suku bunga acuan di negara tersebut, risiko berinvestasi di instrumen obligasi meningkat. Sebab, kenaikan suku bunga dapat memicu kenaikan yield US Treasury. Imbasnya, yield Surat Utang Negara (SUN) juga ikut naik sehingga harganya tertekan. Investor pun menjadi kesulitan memperoleh capital gain.

Dia pun menilai, di tengah pasar yang bergejolak akhir-akhir ini, instrumen berbasis saham masih menjadi pilihan yang ideal bagi investor, utamanya yang memiliki orientasi jangka panjang. Pasalnya, instrumen saham biasanya selalu mampu memberikan imbal hasil yang tinggi ketika pasar dalam keadaan normal.

Perencana Keuangan dari Finansial Consulting, Eko Endarto juga menganggap bahwa instrumen berbasis saham masih lebih berpotensi memberikan imbal hasil optimal ketimbang instrumen investasi lainnya. “Kalau untuk jangka panjang, pertumbuhan imbal hasil saham biasanya lebih tinggi dari obligasi,” ujarnya hari ini.

Ia melanjutkan, di tengah kondisi pasar yang masih rentan terkoreksi, instrumen saham dinilai menarik untuk dikoleksi oleh investor dari berbagai profil risiko. Hal ini mengingat pelemahan pasar otomatis membuat sebagian harga saham turun ke level yang rendah. Dari sini, investor dapat membeli saham yang berasal dari emiten berkapitalisasi besar dengan harga yang murah.

Menurut Rudiyanto, Direktur Panin Asset Management, tidak masalah apabila investor mencoba membeli instrumen saham ketika pasar dalam kondisi lesu selama tujuannya adalah untuk mendiversifikasi portofolio.

“Tapi kalau hanya sekadar memperbesar porsi saham, perlu dipertimbangkan dahulu. Karena kalau kondisi pasar berbalik investor harus berhadapan dengan risiko yang baru lagi,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×