kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.694.000   -13.000   -0,76%
  • USD/IDR 16.401   5,00   0,03%
  • IDX 6.606   19,09   0,29%
  • KOMPAS100 964   -2,78   -0,29%
  • LQ45 747   -0,24   -0,03%
  • ISSI 206   0,68   0,33%
  • IDX30 388   0,44   0,11%
  • IDXHIDIV20 470   1,92   0,41%
  • IDX80 109   -0,32   -0,29%
  • IDXV30 114   -1,22   -1,06%
  • IDXQ30 127   0,06   0,05%

Walau bikin sesak, CPO tetap primadona


Kamis, 29 Oktober 2015 / 07:33 WIB
Walau bikin sesak, CPO tetap primadona


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Isu negatif sedang menerpa industri minyak sawit alias crude palm oil (CPO), yakni pembukaan lahan dengan cara pembakaran hutan. Para pelaku industri CPO dituding sebagai penyebab kabut asap yang membahayakan lingkungan.

Isu negatif tersebut menjadi peluang kampanye hitam terhadap industri CPO. Ujung-ujungnya, konsumen beralih ke produk substitusi, salah satunay kedelai.

Mengutip Bloomberg, Rabu (28/10) pukul 18.25 WIB harga CPO kontrak pengiriman Januari 2016 di bursa di Malaysia Derivative Exchange naik 0,8% dari sehari sebelumnya menjadi RM 2.341 atau US$ 549 per metrik ton (1 metrik ton = 1.000 kg).

Selama sepekan harga CPO turun 1%. Nah, CPO memiliki produk substitusi, salah satunya minyak kedelai. Harga kedelai kontrak pengiriman Desember 2015 di bursa Chicago Board of Trade pada Rabu (28/10) pukul 18.25 WIB senilai di US$ 28,11 per bushel atau US$ 1.033,11 per ton (satu bushel sekitar 27,2 kg).

Selama ini, minyak kedelai lebih banyak dikonsumsi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Sedangkan CPO dikonsumsi di wilayah Asia serta Eropa Timur. Dengan kondisi ini, CPO sulit masuk ke AS dan Eropa, demikian juga sebaliknya minyak kedelai sulit masuk Asia.

"Karakter orang yang berbeda sulit menerima barang substitusi, apalagi dikonsumsi, rasanya berbeda," ujar Ibrahim, pengamat komoditas, kemarin (28/10).

Meski isu negatif sedang menimpa CPO, Ibrahim ragu minyak kedelai dapat mengambil peluang ini. Apalagi, kasus kebakaran hutan bukan hanya akibat pembakaran hutan secara sengaja, tapi efek pemanasan global.

Wahyu Tri Wibowo, analis Central Capital Futures, melihat, kompetisi CPO dengan minyak kedelai seimbang. "CPO dan soybean saling mengejar atau bahkan saling mendukung dalam harga," ujar Wahyu.

Jika harga kedelai naik, konsumen akan beralih ke CPO, sehingga CPO ikut naik, begitu sebaliknya. Ia membandingkan, konsumen batubara yang kini sedang mencari bahan pengganti karena tidak ramah lingkungan.

Sedangkan antara CPO dan minyak kedelai justru memiliki kelebihan masing-masing yang menjadi favorit konsumen.

Menurut Wahyu, isu spesifik CPO saat ini justru ancaman badai El Nino yang menyebabkan kekeringan berkepanjangan. Di samping itu, kabut asap akibat kebakaran hutan pun dapat mengganggu produksi CPO.

Padahal, ada potensi kenaikan permintaan secara musiman dari India dan China. Wajar Wahyu memprediksi, harga CPO berpeluang rebound.

Harga CPO lebih baik

Sementara Ariston Tjendra, Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures menilai, adanya potensi substitusi dari CPO ke soybean harus terbukti terlebih dahulu. Misalnya, penurunan konsumsi CPO yang disertai dengan kenaikan minyak kedelai.

"Seperti konsumsi batubara yang mulai turun setelah diupayakan bahan pengganti," paparnya. Jika membandingkan pergerakan harga secara year to date, harga CPO sejak akhir tahun lalu memang naik tipis, yakni 5,5%.

Sementara minyak kedelai turun 12,5%. Ariston menduga, penurunan harga minyak kedelai karena permintaan Eropa turun seiring perekonomian yang melambat. Sedangkan harga CPO didukung oleh ancaman produksi akibat El Nino.

Pemerintah Tiongkok yang terus menggelontorkan stimulus ekonomi, menurut Ariston juga menjadi sentimen positif bagi pergerakan harga CPO.

Secara teknikal Ariston melihat harga CPO akan cederung sideways. Indikator RSI berada di level 53. Stochastic netral di level 49. Sedangkan MACD di atas level 0, yakni 29, tapi menunjukkan potensi tekanan jangka pendek. Harga bergerak di atas moving average (MA) 50, MA100, dan MA200.

Kamis (29/10) Ariston memperkirakan harga CPO akan tertekan di RM 2.260-RM 2.380. Sepekan harga diprediksi di RM 2.200-RM 2.400. Proyeksi Wahyu, hari ini harga CPO di RM 2.280-RM 2.380. Sepekan ke depan harga CPO bergerak RM 2.200-RM 2.400 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×