kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Volume Penjualan Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) Turun 7% Pada Maret 2022


Rabu, 20 April 2022 / 15:40 WIB
Volume Penjualan Indocement Tunggal Prakarsa (INTP) Turun 7% Pada Maret 2022
ILUSTRASI. Fasilitas produksi semen PT?Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP).


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mencatat volume penjualan sekitar 1,3 juta ton pada periode Maret 2022. Realisasi ini sekitar 7% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

“Hal ini diakibatkan karena kami mulai melakukan kenaikan harga jual untuk menyikapi naiknya ongkos-ongkos produksi,” terang Direktur dan Sekretaris Perusahaan Indocement Tunggal Prakarsa Antonius Marcos kepada Kontan.co.id, Rabu (20/4).

Sedangkan untuk akumulasi sampai dengan Maret 2022, total volume penjualan semen domestik INTP hampir mencapai 4 juta ton. Realisasi ini hampir sama dengan pencapaian di periode yang sama tahun lalu.

Kenaikan harga komoditas batubara turut membebani emiten semen, tak terkecuali Indocement. Hal ini tercermin dari beban pokok pendapatan pada tahun lalu yang meningkat sebesar 6,3% dari semula Rp 9,07 triliun menjadi Rp 9,64 triliun. Kenaikan ini seiring peningkatan volume penjualan dan tingginya biaya energi, terutama dari harga batubara.

Baca Juga: Harga Batubara Melambung, Ini Dampaknya Terhadap Emiten Semen

Dus, Indocement menaikkan harga jual produk semen kantong sekitar 6%–8% di sebagian besar area pasar yang kuat selama kuartal keempat 2021. Namun, kenaikan harga jual ini dinilai belum sepadan dengan biaya energi yang semakin meningkat sejak awal tahun 2021.

Lonjakan harga batubara membuat INTP harus menaikkan kembali harga jual semen di pertengahan bulan Maret 2022. 

Dalam paparan pubik yang digelar akhir bulan lalu, Direktur Utama Indocement Tunggal Prakarsa Christian Kartawijaya mengatakan, rentang kenaikan harga jual ini bervariasi mulai dari 6% sampai 8%. 

Ini sebagai usaha untuk meneruskan sebagian beban kenaikan biaya energi, ditambah dengan kenaikan harga kertas dan bahan baku lainnya serta efek tekanan inflasi dari kondisi saat ini.

Christian mengatakan, untuk menekan biaya, INTP telah meningkatkan konsumsi bahan bakar alternatif dari semula 9,3% pada 2020 menjadi 12,2% pada 2021. INTP juga melakukan peningkatan penggunaan batubara berkalori rendah atau low calorific value (LCV) dari semula 80% menjadi 88%.

“Untuk tahun 2022 kami mencoba menaikkan penggunaan bahan bakar alternatif sebesar 2%-4% untuk memitigasi kenaikan harga batubara terhadap biaya energi,” terang Christian. Dia berharap penyaluran DMO akan berlaku adil bagi semua pemain semen.

 

Sebab, jika tidak diberikan secara merata untuk semua pabrikan semen, tentunya hal ini akan menjadi backfire dan berefek negatif terhadap industri semen. Ini mengakibatkan adanya kompetisi yang tidak seimbang antara perusahaan yang mendapat DMO dengan perusahaan yang tidak dapat.

Selain itu, INTP juga melakukan pengendalian biaya tetap seperti  belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk menghadapi kenaikan biaya energi. INTP juga memanfaatkan fasilitas refused derived fuel (RDF) sebagai bahan bakar alternatif. Ditambah, INTP juga tengah gencar memperkenalkan semen hidrolik atau semen hijau yang lebih ramah lingkungan dan mengurangi konsumsi CO2.

Tahun ini, Indocement mengalokasikan belanja modal kurang lebih Rp 1 triliun. Sebagian digunakan INTP untuk sustainability development guna menjadi perusahaan yang lebih hijau. INTP rutin melakukan investasi setiap tahun di bag penyaringan (filter) guna mengurangi emisi debu. INTP masih mengalkulasi serapan capex sepanjang kuartal pertama 2022. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×