kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Virus corona mewabah, Indonesian Tobacco catatkan kenaikan permintaan 20%-25%


Jumat, 27 Maret 2020 / 20:11 WIB
Virus corona mewabah, Indonesian Tobacco catatkan kenaikan permintaan 20%-25%
ILUSTRASI. Direktur Utama PT Indonesia Tobacco Tbk Djonny Saksono.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen tembakau iris PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) menuai dampak positif dari persebaran virus corona di Indonesia. Direktur Utama ITIC Djonny Saksono mengungkapkan, sejak virus corona merebak di Indonesia, permintaan tembakau iris Indonesia Tobacco dari pasar lokal justru meningkat 20%-25% dibanding kondisi normal.

Menurut Djonny, merebaknya virus corona membuat perekonomian melambat sehingga berpengaruh ke pendapatan masyarakat, terutama yang berada di tingkat ekonomi lemah. "Hal ini diperparah dengan harga-harga rokok yang sudah naik banyak. Jadi, konsumen harus turun kelas dengan beralih ke produk rokok maupun tembakau yang murah," tutur Djonny saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (27/3).

Baca Juga: Indonesian Tobacco (ITIC) siapkan belanja modal untuk beli bahan baku tembakau

Di samping itu, kebijakan social distancing, seperti penerapan sistem kerja dari rumah (work from home) maupun lockdown membuat sebagian orang suntuk dan bosan. "Yang suka makan, ya makannya jadi tambah banyak tapi yang suka merokok, ya merokoknya jadi tambah banyak," kata Djonny.

Peningkatan permintaan tembakau iris bukan hanya datang dari wilayah yang banyak terdapat kasus corona, tetapi dari seluruh daerah pemasaran Indonesian Tobacco di dalam negeri.

Pasalnya, penyebaran corona di Indonesia dan belahan dunia lainnya membuat ekonomi global tersendat sehingga harga jual komoditas tambang dan perkebunan ikut jatuh. Sebagaimana diketahui, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua yang menjadi wilayah utama pemasaran ITIC merupakan daerah-daerah yang perekonomiannya disokong oleh sektor-sektor  tersebut.  

Sebagai gambaran, di Sulawesi, distribusi terbesar ITIC meliputi Gorontalo dan Manado. Kemudian, di Nusa Tenggara Timur, ITIC telah menjangkau Kupang, Waingapu, Maumere, dan Atambua.

ITIC juga mengklaim, hampir menguasai 100% pasar di Papua. Produk Indonesian Tobacco juga telah dipasarkan secara luas di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Jambi, Pekanbaru, Jawa Tengah, dan di sekitar Malang.

Alhasil, untuk memenuhi kenaikan permintaan ini, Indonesian Tobacco saat ini menggunakan kapasitas produksi secara penuh. Dalam sehari, ITIC dapat menghasilkan 10 ton tembakau iris. "Stok barang jadi habis semua," kata Djonny.

Meskipun memperoleh kenaikan permintaan, ia belum memutuskan untuk merevisi proyeksi pertumbuhan pendapatan ITIC tahun 2020 yang ditargetkan minimal 20%. "Untuk saat ini saya masih tetap di 20%. Kami perlu lihat situasi dan kondisi pada bulan April dan Mei mendatang," tuturnya.

Menurut dia, apabila wabah corona di Indonesia belum mereda hingga dua bulan ke depan, maka omzet ITIC dari pasar-pasar yang sudah ada saat ini dapat bertambah dengan pesat. Dengan begitu, pertumbuhan pendapatan tahun ini bisa lebih dari 20%.

Baca Juga: Kemenkeu tetapkan pembagian DBH cukai hasil tembakau Rp 3,46 triliun untuk tahun 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×