Reporter: Kornelis Pandu Wicaksono | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. Butuh dana untuk ekspansi, PT Victoria Investama Tbk (VICO) memantapkan niat melenggang ke pasar modal dengan melepas saham perdana ke publik. VICO menggelar initial public offering (IPO), 8 Juli 2013 lalu. VICO tercatat sebagai emiten baru ke-19 yang listing di tahun 2013.
Dari aksi korporasi tersebut, VICO meraup dana segar hingga Rp 150 miliar. Dana itu itu berasal dari melepas 1,2 miliar saham baru. VICO mematok harga saham perdana sebesar Rp 125 per saham.
Penawaran perdana tersebut ternyata mendapat respon positif, meski kondisi pasar modal saat itu tengah berfluktuasi akibat sentimen krisis global. Hal ini terbukti dari dari kelebihan permintaan atau oversubscribed saham VICO sebanyak 26,7 kali saat penawaran perdana dilangsungkan.
Pihak penjamin dan pelaksana emisi efek IPO VICA, yaitu PT Andalan Artha Advisindo Sekuritas (AAA Sekuritas) menilai, derasnya permintaan saham entitas yang berdiri sejak 1989 tersebut lantaran fundamental perusahaan yang cukup kuat.
Tengok saja kinerja VICO yang terlihat tumbuh secara konsisten. Pada tahun 2012, VICO mencetak laba bersih sebesar Rp 96,70 miliar. Angka ini meningkat 8,65% year on year (yoy) dari tahun sebelumnya sebesar Rp 89,00 miliar.
Jika dihitung sejak 2010 saat VICO membukukan laba bersih senilai Rp 63,41 miliar, artinya emiten yang pada awal berdirinya bernama PT Tata Sekuritas Maju itu bisa mencetak rata-rata laba bersih tahunan sebesar 26,25%.
Namun, ada lagi yang membuat saham VICO diminati investor. Pada saat penawaran umum perdana, VICO ternyata juga menyertakan pemanis berupa waran. Jumlah waran yang VICO terbitkan sebanyak 2,1 miliar waran. Setiap investor yang membeli empat saham perdana VICO, langsung mendapat bonus tujuh waran VICO.
Kelak, waran ini bisa dieksekusi menjadi saham VICO pada harga pelaksanaan Rp 125 per saham. Jika nanti seluruh pemegang saham mengeksekusi waran yang dipegang menjadi kepemilikan saham, maka VICO berpotensi memperoleh dana segar tambahan senilai Rp 65,63 miliar. Waran ini bisa dieksekusi menjadi kepemilikan saham sejak 8 Januari 2014 hingga 8 Juli 2016.
Incar bisnis MI
Asal tahu saja, VICO terafiliasi dengan PT Bank Victoria International Indonesia Tbk (BVIC). Pada prospektus IPO VICO, perusahaan ini memiliki 34,86% saham BVIC.
Dari dana segar yang diperoleh lewat IPO, sekitar 33,93% atau Rp 50,89 miliar akan VICO gunakan untuk melaksanakan konversi waran seri III BVIC. Oleh BVIC, dana itu akan dialokasikan untuk modal kerja.
Selain itu, 33,33% atau Rp 50 miliar dana IPO akan disuntikkan ke PT Victoria Securities Indonesia (VSI), anak usaha VICO lainnya. Lalu, sebanyak 13,33% atau Rp 20 miliar dana IPO disodorkan ke PT Victoria Insurance (VINS). VINS berniat menggunakan dana itu untuk membeli obligasi senilai Rp 10 miliar, Rp 8 miliar untuk membeli saham, dan sisanya ditanam ke deposito.
Sekitar 2,33% atau Rp 3,49 miliar dana IPO untuk modal kerja VICO sendiri. Masih menurut prospektus IPO VICO, sekitar 17,08% atau Rp 25,62 miliar dana IPO akan digunakan juga untuk melunasi junior convertible loan yang dibeli Barron Ventures Investment Company Pte. Ltd.dan Aldo J. Tjahja.
Manajemen VICO pernah menyatakan, VICO akan berekspansi di beberapa lini usahanya seperti bank, sekuritas dan asuransi. Untuk sekuritas, VICO akan memfokuskan ekspansi di wilayah Indonesia bagian Timur, dari saat ini yang hanya di DKI Jakarta.
Untuk memacu pendapatan, VICO berencana membuka divisi manajer investasi (MI). Rencana ini sejatinya masih dalam proses dan tidak tertutup kemungkinan, VICO akan mengakuisisi perusahaan manajer investasi lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News