Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Test Test
JAKARTA. PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) berencana meningkatkan kapasitas produksinya dengan membangun pabrik baru. Produsen semen ini tengah mengurus perizinan pembangunan pabrik semen di Tuban, Jawa Timur. Targetnya, mereka bisa mengantongi izin tahun ini sehingga bisa memulai pembangunannya.
"Proses pengerjaan pabrik tersebut akan berjalan dua setengah tahun," kata Budi Primawan, Corporate Communication Manager SMCB, kemarin. Kapasitasnya 1,6 juta ton per tahun. Namun, dia tidak mau menjelaskan nilai investasi proyek itu.
Sonny John, analis Samuel Sekuritas, melihat pembangunan pabrik baru itu akan berdampak positif karena meningkatkan kapasitas produksi SMCB. Saat ini, kapasitas produksinya sebesar 8,3 juta ton per tahun. "Namun execution risk-nya sangat tinggi," imbuhnya.
Apalagi, hasilnya tidak bisa dinikmati Holcim tahun ini lantaran proses pembangunannya baru dimulai tahun ini. Hendrik, analis Batavia Prosperindo Securities, menaksir, biaya pembangunan pabrik semen itu akan menghabiskan dana sekitar US$ 200 juta. Namun, SMCB tidak akan menggelontorkan dana tersebut sekaligus. "Pemakaian dananya secara bertahap. Jadi tidak akan terlalu memberatkan SMCB," ujarnya.
Asal tahu saja, saat ini SMCB memiliki kas internal sebesar Rp 426,39 miliar. Neraca keuangan Holcim tergolong sehat, lantaran mereka baru saja membayar utang sebesar US$ 95,7 juta. Sedangkan sepanjang tahun lalu, SMCB telah membayar utang senilai US$ 225 juta. Dus, SMCB berhasil mengurangi utang berdenominasi dollar Amerika Serikat sebesar 66% dari total utangnya.
Imbasnya, rasio utang terhadap ekuitas alias debt to equity ratio (DER) SMCB turun menjadi 0,6 kali. Padahal, pada tahun 2008 DER Holcim masih sebesar 1,4 kali.
Hendrik memperkirakan, tahun ini DER SMCB bakal menciut kembali menjadi 0,5 kali jika tidak membuat utang baru. "Posisi balance sheet dari Holcim sekarang masih memungkinkan mereka untuk mendapatkan pinjaman," katanya. Duitnya untuk membiayai pabrik semen baru.
Beban berkurang
Budi Rustanto, analis Valbury Asia Securities, juga menilai beban Holcim lebih ringan setelah membayar sebagian besar utangnya. Sehingga, ke depan, kinerjanya semakin bagus. Indikasinya tercermin dari kinerja kuartal satu 2010. SMCB meraih pendapatan Rp 1,37 triliun atau naik 8,13% dari periode sama 2009.
Sedangkan laba bersih kuartal I-2010 SMCB sebesar Rp 204,92 miliar. Angka ini melonjak dari rugi bersih yang dideritanya sebesar Rp 77,49 miliar pada kuartal I-2009.
Karena itulah, Sonny melihat saham SMCB masih layak dikoleksi. Dia menargetkan harga saham SMCB mencapai Rp 2.700 per saham. Hendrik juga menyarankan beli saham ini dengan target harga Rp 2.525 per saham.
Namun, Budi menilai harga SMCB saat ini sudah mendekati target harganya sebesar Rp 2.200 per saham. Sehingga, dia menyarankan tahan saham SMCB. Kemarin, harga saham SMCB ditutup di posisi Rp 2.125 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News