Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Jelang Federal Open Market Committee (FOMC) meeting pekan ini, dollar Amerika Serikat (AS) masih melanjutkan penguatan terhadap sejumlah mata uang utama dunia lainnya. Data ekonomi AS yang baik memberikan ekspektasi kenaikan suku bunga Bank Sentral AS, The Federal Reserve atau The Fed lebih cepat dari perkiraan.
Data Bloomberg, Jumat (12/9) memperlihatkan pasangan AUD/USD turun 0,68% menjadi 0,9038 dari hari sebelumnya. Sedangkan pasangan USD/JPY menguat 0,21% menjadi 107,340. Nilai tukar dollar AS hanya melemah terhadap euro 0,29% menjadi 1,2963.
Para analis menilai, dollar AS masih cukup kuat apalagi rilis data ekonomi AS terus memberikan hasil yang positif. Lihat saja, data Consumer Sentiment Index di bulan September naik ke 84,6 yang merupakan posisi tertinggi sejak Juli 2013. Hasil ini juga lebih tinggi dari bulan sebelumnya 82,5. Sedangkan perkiraan median dari para analis Bloomberg sebesar 83,3. Selain itu, data penjualan ritel AS pada bulan Agustus juga naik 0,6 %. Hasil ini jauh lebih baik dari bulan sebelumnya 0,3%.
Albertus Christian, analis Monex Investindo Futures mengatakan anjloknya pasangan AUD/USD terjadi seiring spekulasi investor terhadap FOMC Meeting pada pekan ini yang akan membicarakan pengetatan stimulus moneter.
Menurut Christian, penguatan USD terhadap AUD bukan karena tekanan ekonomi yang terjadi di Negeri Kanguru, tetapi kuatnya sentimen positif yang mendorong nilai tukar dollar AS. “Data ekonomi Australia sebenarnya masih cukup positif,” ujarnya. Christian memperkirakan, nilai tukar dollar AS masih akan menunjukkan tren penguatan hingga FOMC Meeting digelar.
Untuk pasangan USD/JPY, analis dan Direktur Equilibrium Komoditi Berjangka mengatakan pairing USD/JPY juga dalam tren menguat.Pasar mungkin masih akan fokus pada rencana kenaikan suku bunga The Fed. Sedangkan dari sisi yen, pemerintah Jepang memang sengaja melemahkan nilai tukar mata uangnya untuk memperbaiki kinerja ekspor. Maklum perekonomian Jepang digerakkan oleh ekspor.
Sementara Gunawan Sutanto, Kepala Divisi Pengembangan Phillip Futures Indonesia mengatakan sebenarnya pasangan mata uang euro versus dollar AS masih menghadapi tekanan besar sebagai dampak dari pemangkasan suku bunga Bank Sentral Eropa (ECB).
Sedangkan penguatan euro pada penutupan Jumat (12/9) lantaran penurunan yang terjadi sudah terlalu dalam. Gunawan bilang dampak dari pemotongan suku bunga tidak bisa hilang dalam seketika. Sejumlah data ekonomi AS yang akan dirilis pekan ini di antaranya adalah Industrial Production dan Manufacturing Production (15/9), Core PPI (16/9), FOMC Economic Projections (17/9) dan Jobless Claims (18/9). Analis memperkirakan klaim pengangguran AS pekan lalu turun ke 305.000 orang dari sebelumnya 315.000 orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News