kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45902,39   -3,91   -0.43%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Usai mendaki, harga nikel terpeleset


Selasa, 08 April 2014 / 07:00 WIB
Usai mendaki, harga nikel terpeleset
ILUSTRASI. Promo Raa Cha November 2022: Birthday Meat Cake (Dok/Raa Cha)


Reporter: Sofyan Nur Hidayat, Dina Farisah | Editor: Sofyan Hidayat

JAKARTA. Setelah menyentuh level harga tertinggi sejak April 2013, harga nikel kembali melemah seiring rilis data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang di bawah ekspektasi.

Data Bloomberg menunjukkan, harga nikel kontrak tiga bulan di London Metal Exchange (LME) pada Jumat (4/4) menyentuh US$ 16.387 per metrik ton yang merupakan level tertinggi sejak setahun yang lalu yang merupakan level tertinggi sejak April 2013. Namun Senin (7/4) harga nikel telah terkoreksi 0,49% menjadi US$ 16.306 per metrik ton.

Analis komoditas, Ibrahim mengatakan, harga nikel turun karena tertekan data nonfarm payrolls Amerika Serikat yang tidak sesuai ekspektasi. Data nonfarm payrolls AS pada Maret 2014, hanya 192.000 orang lebih rendah dari ekspektasi sebesar 200.000 orang. Namun, angka tersebut naik jika dibandingkan dengan bulan Februari 188.000 orang. "Amerika Serikat masuk pada masa perlambatan ekonomi," kata Ibrahim.

Perlambatan ekonomi AS yang merupakan importir nikel terbesar di dunia bisa menyebabkan penurunan permintaan nikel. Isu ekonomi juga menerpa AS dan Eropa yang memberikan sanksi kepada Rusia terkait krisis di Crimea. Padahal ada ketergantungan impor komoditas termasuk nikel dari Rusia. Maka sanksi yang diberikan pada Rusia justru bisa menciptakan resesi bagi AS dan Eropa.

Harga nikel juga tertekan oleh perlambatan perekonomian China yang dapat mempengaruhi permintaan nikel. Maklum, China menjadi konsumen nikel terbesar kedua setelah Amerika Serikat.

Sedangkan kenaikan harga akhir pekan lalu terjadi karena tiga faktor. Pertama, sanksi yang diberlakukan terhadap Rusia menyebabkan negara eksportir nikel terbesar kedua itu tidak bisa melakukan ekspor. Kedua, ekspor nikel dari Indonesia berkurang sejak awal tahun karena adanya larangan ekspor mineral mentah. Ketiga, gempa yang terjadi di Chili yang juga negara produsen nikel membuat suplai nikel terganggu.

Secara teknikal, indikator bollinger band 60% di atas bollinger tengah. Stochastic di level 60%, mengindikasikan positif. Moving average convergence divergence (MACD) berada di zona negatif di level 60%. Sementara relative strength index (RSI) bergerak negatif di level 65%.

Ibrahim menduga harga nikel hari ini masih bergerak turun di kisaran US$ 16.190-US$ 16.310 per metrik ton. Namun selama sepekan, nikel masih berpotensi naik di kisaran US$ 16.159 - US$ 16.845.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×