Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP) berniat meningkatkan pendapatan dari bisnis oleokimia. UNSP menargetkan bisnis itu bisa menyumbang sekitar Rp 2,1 triliun.
Jumlah itu setara 30% dari target pendapatan UNSP di tahun ini, yaitu Rp 7 triliun. "Tahun lalu, kontribusinya 10% dari pendapatan. Kalau harga bagus, kami optimistis kontribusi oleokimia bisa naik menjadi 30%," kata Bambang Aria Wisena, Direktur Utama UNSP, Kamis (14/6).
UNSP akan mengucurkan separuh dari anggaran capital expenditure (capex), yaitu US$ 20 juta, untuk mengembangkan bisnis oleokimia. UNSP mengalokasikan belanja modal di oleokimia, untuk menuntaskan pembangunan lini produksi, baik untuk produk refinary, fatty acid maupun produk alkohol.
UNSP berharap lini produksi refinary I bisa mulai beroperasi kuartal III tahun ini. Sementara lini produksi III dan IV bisa mulai dioperasikan di tahun depan.
Selain dari oleokimia, pendapatan UNSP di tahun ini, ditargetkan berasal dari minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan karet.
UNSP optimis bisa memproduksi CPO 350.000 ton, naik 6,06% dari 2011. Produksi karet tahun ini, ditarget tumbuh menjadi 30.000-31.000 ton dari hasil di tahun lalu, yaitu 27.000-28.000 ton. "Produksi bisa naik karena ada tambahan tanaman menghasilkan," ungkap Bambang.
Pertumbuhan produksi tidak membuat UNSP berhenti mengembangkan perkebunan sawit dan karet. Tahun ini, UNSP akan melakukan penanaman kembali (replanting) sawit seluas 1.000 hektare (ha) dan karet seluas 400 ha.
Ekspansi itu akan didanai dengan kas internal dan pinjaman perbankan. Namun, Bambang enggan membeberkan komposisi capex.
Keputusan UNSP membiayai capex dari pinjaman terbilang riskan, mengingat emiten itu tengah mencari dana pelunasan obligasi yang akan jatuh tempo Juli ini, senilai US$ 150 juta. "Kami sedang dalam black periode, kalau sudah finalisasi akan kami laporkan terkait skemanya," ujar Bambang. Kamis (14/6).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News