Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - Perusahaan tekstil, PT Trisula Textile Industries Tbk membidik dana penawaran umum perdana saham alias initial public offering (IPO) berkisar Rp 42 miliar hingga Rp 45 miliar.
Sebanyak 70% dana tersebut akan digunakan untuk membeli mesin produksi baru. Artinya, sekitar Rp 31,5 miliar akan digunakan untuk menambah mesin produksi.
Nah, tahun ini, Trisula akan menggunakan sekitar Rp 10 miliar sampai Rp 15 miliar untuk menambah mesin baru. "Tahun ini kami akan merealisasikan sekitar 12 unit," kata R Nurwulan Kusumawati Direktur Administrasi Trisula, usai paparan pers di Jakarta, Rabu (6/9).
Sementara, sisa dana alokasi membeli mesin, akan digunakan pada tahun 2018. Dengan kata lain, tahun 2018, Trisula juga akan menambah sekitar 12 unit mesin baru. "Capex kami tahun ini untuk membeli mesin," tuturnya.
Karsongno Wongso Djaja, Direktur Utama PT Trisula Textile Industries Tbk menjelaskan, penambahan mesin itu penting untuk dilakukan. Lantaran dalam proses produksi terdapat bottle neck sehingga memerlukan mesin tambahan untuk memaksimalkan produksi.
"Prospek bisnis sektor tekstil sangat menjanjikan. Dengan jumlah perusahaan yang begitu banyak di Indonesia, ini menjadi captive market bagi perusahaan," ujar Karsongno.
Dia menambahkan, saat ini banyak perusahaan besar di Indonesia yang memerlukan seragam. Diantaranya perusahaan swasta, instansi pemerintah, perbankan, maskapai penerbangan, maupun perusahaan milik negara.
"Kami melihat, peluang dari permintaan seragam itu besar. Namun, kemampuan pabrik untuk memenuhi permintaan itu terbatas," imbuhnya.
Mengacu data Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) pertumbuhan industri tekstil di Indonesia diprediksi membaik. Dengan pertumbuhan rata-rata tahunan (CAGR) sebesar 7,9%. Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) merupakan industri pengekspor terbesar kedua dengan konstribusi sebesar 10,8% atas total ekspor selama tahun 2016.
Upah tenaga kerja industri TPT Indonesia juga relatif kompetitif dibandingkan dengan negara-negara di Kawasan ASEAN dengan rata-rata sebesar US$ 175 per bulan atau sekitar Rp 2,3 juta per bulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News