Reporter: Dina Farisah | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Harga minyak mentah dunia melorot dari level tertinggi dalam empat bulan. Koreksi terjadi setelah indeks manufaktur China menunjukkan perlambatan.
Kemarin hingga pukul 17.50 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April 2014 di NYMEX turun tipis 0,19% menjadi US$ 102,65 per barel.
Meski turun, namun harganya masih berada di dekat harga tertinggi sejak Oktober 2013, yaitu US$ 103,31 per barel. Harga ini tersentuh pada perdagangan, Rabu (19/2).
Pemicu penurunan harga minyak adalah rilis HSBC Holdings Plc mengenai indeks PMI manufaktur China bulan Februari 2014 yang sebesar 48,3, lebih rendah dibanding Januari 2014 yang mencapai 49,5. Itu merupakan level terendah dalam tujuh bulan terakhir. Akibatnya, muncul spekulasi permintaan minyak dari China akan turun. Asal tahu saja, negara ini merupakan pengguna minyak kedua terbesar di dunia.
Selain itu, indikator teknis menunjukkan, koreksi terjadi karena harga saat ini sudah terlalu tinggi, setelah naik 3% sejak 14 Februari 2014.
Waspada profit taking
Zulfirman Basir, Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures menilai, di luar rilis data China, faktor musim dingin di AS, Inggris, dan Jepang memberi harapan kuatnya permintaan minyak. Ini masih bisa menjadi sentimen positif bagi minyak.
Meski demikian, investor harus bersikap waspada. Sebab, menurut Zulfirman, proses negosiasi program nuklir Iran dan jelang publikasi data cadangan minyak AS pada Kamis (20/2) akan mempengaruhi harga minyak.
Meski outlook minyak cukup bullish, namun kata Zulfirman, kenaikan tajam belakangan ini bisa memicu aksi ambil untung (profit taking).
Analis PT SoeGee Futures , Nizar Hilmy sependapat, harga minyak akan dipengaruhi publikasi data cadangan minyak AS. Menurutnya, jika cadangan turun, harga minyak masih akan bergerak di atas level US$ 100. Apalagi, selama musim dingin di AS masih berlangsung, permintaan minyak masih tinggi.
Secara teknikal, Zulfirman melihat, kenaikan moving average convergence divergence (MACD) dapat menyediakan tenaga kenaikan harga minyak. Bullish harga minyak juga tampak pada harga perdagangan yang berada di atas moving average (MA) 50, MA 100, MA 200.
Meski demikian, investor perlu waspada aksi profit taking, mengingat stochastic berada di area overbought.
Prediksi Zulfirman, hari ini, harga minyak bergulir di kisaran US$ 102-US$ 104,5 per barel. Nizar menduga, sepekan ke depan, minyak bisa bergerak antara US$ 101-US$ 104 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News