Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Di tengah melonjaknya harga komoditas energi akibat ketegangan yang terjadi di Timur Tengah, dalam kurun waktu dua pekan ini, harga crude palm oil (CPO) justru terus mengalami koreksi.
Hari ini, harga CPO menyentuh angka US$ 1.151 per ton. Sementara sejak awal pekan kemarin, Senin (21/2), harga CPO sudah bergerak turun sebesar 4,4% dari US$ 1.204 per ton.
Kondisi yang anomali ini menurt Herry Setyawan, analis Indosukses Futures, dikarenakan tingkat inflasi yang tinggi. "Inflasi tinggi justru telah membuat permintaan akan CPO berkurang, terutama dari negara yang jumlah penduduknya banyak seperti China dan India," jelasnya.
Sementara itu menurut Lanang Trihardian, Analis Syailendra Capital, turunnya harga CPO besar kemungkinan hanya karena faktor teknikal saja. "Selama dua bulan kebelakang harga CPO sudah sangat tinggi," kata Lanang. Hal itu menurut dia tidak terlepas dari faktor cuaca dan permintaan yang tinggi, menyusul pertumbuhan negara China dan India.
Lanang memandang, meski sudah terkoreksi, namun harga CPO masih mahal. Mahalnya CPO bisa dilihat dari harga rata-rata tahun lalu yang hanya berada MYR 2.700 per ton. "Kalau dibandingkan dengan harga rata-rata yang hanya 2.700 ringgit, harga saat ini yang lebih dari 3.000 ringgit masih tinggi," ujar Lanang.
Dalam jangka pendek maupun jangka menengah, harga CPO diprediksi masih akan melemah. Untuk besok (25/2), harga CPO akan bergerak diantara US$ 1.050- US$ 1.125 per ton. Sedangkan hingga akhir kuartal pertama ini, Lanang memprediksi harga CPO akan bergerak antara US$ 1.000 - US$ 1.100 per ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News