kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -4.000   -0,26%
  • USD/IDR 16.195   5,00   0,03%
  • IDX 7.164   1,22   0,02%
  • KOMPAS100 1.070   0,97   0,09%
  • LQ45 838   0,57   0,07%
  • ISSI 216   -0,45   -0,21%
  • IDX30 430   0,42   0,10%
  • IDXHIDIV20 516   -1,25   -0,24%
  • IDX80 122   0,37   0,31%
  • IDXV30 126   -0,52   -0,42%
  • IDXQ30 143   -0,58   -0,40%

Tren Bullish Emas Berlanjut Didukung Pembelian Bank Sentral hingga Konflik Geopolitik


Jumat, 03 Januari 2025 / 13:22 WIB
Tren Bullish Emas Berlanjut Didukung Pembelian Bank Sentral hingga Konflik Geopolitik
ILUSTRASI. Harga emas melanjutkan tren kenaikan didukung oleh pembelian bank sentral, pemulihan data ekonomi China, serta ketegangan geopolitik global.REUTERS/Alexander Manzyuk


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga emas melanjutkan tren kenaikan didukung oleh pembelian bank sentral, pemulihan data ekonomi China, serta ketegangan geopolitik global yang masih berlangsung.

Tim Riset ICDX mencermati bahwa kenaikan harga emas didukung oleh survei World Gold Council menunjukkan bahwa bank-bank sentral utama kemungkinan akan meningkatkan pembelian emas selama 12 bulan ke depan, yang akan meningkatkan permintaan logam mulia ini.

Ketegangan geopolitik yang masih berlangsung juga tetap mendukung kinerja emas. Dalam berita yang beredar, Rusia melancarkan serangan pesawat tak berawak di ibukota Ukraina, Kyiv, pada Hari Tahun Baru, Rabu dini hari, yang mengakibatkan dua orang tewas.

Baca Juga: Sebulan Harga Emas Antam Naik 1,92%, Hari Ini Meroket Tinggi (3 Januari 2025)

‘’Di tempat lain, militer Israel mempertahankan tekanan di Gaza utara, melakukan serangan di pinggiran Kota Gaza pada hari Rabu,’’ ungkap ICDX dalam riset Jumat (3/1).

Selain itu, data ekonomi China  pada aktivitas manufaktur China menunjukkan pertumbuhan minim di bulan Desember, dengan sektor jasa dan konstruksi telah mengalami pemulihan. Data ini mengindikasikan bahwa stimulus kebijakan mulai berdampak, yang pada akhirnya menimbulkan ekspektasi pada peningkatan permintaan komoditas seperti emas.

Di lain sisi, dolar masih didukung data ekonomi AS dengan pasar tenaga kerja yang tetap kuat, tercermin dari klaim pengangguran mingguan turun ke level terendah dalam delapan bulan. Data tersebut mendukung proyeksi The Fed untuk mempertahankan kebijakan suku bunga relatif tinggi. Selain itu, dolar didukung ekspektasi pengurangan suku bunga Federal Reserve yang lebih moderat.

Baca Juga: Harga Emas Bersiap untuk Kenaikan Mingguan, Pasar Menanti Kebijakan Trump

Secara keseluruhan, tim riset ICDX menganalisis, harga emas meningkat dengan support saat ini beralih ke area US$ 2.550 dan resistance terdekat berada di area US$ 2.634. Support terjauhnya berada di area US$ 2.505 hingga ke area US$ 2.480, sementara untuk resistance terjauhnya berada di area US$ 2.665 hingga ke area US$ 2.715.

Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha melihat, harga emas melanjutkan tren bullish didukung sifatnya sebagai safe haven, jelang pelantikan Donald Trump. Harga emas (XAU/USD) melanjutkan tren penguatan intraday pada Kamis (2/1), mendekati level US$ 2.650 setelah libur Tahun Baru.

‘’Logam mulia ini kembali diminati sebagai aset safe-haven, terutama menjelang pelantikan Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, yang dijadwalkan pada 20 Januari,’’ kata Andy dalam riset, Jumat (3/1).

Dalam analisa teknikalnya, Andy menjelaskan bahwa kombinasi analisis candlestick dan indikator Moving Average mengindikasikan bahwa tren bullish semakin dominan, memberikan sinyal bahwa emas berpotensi mencapai level US$ 2.663 pada hari ini. Namun, jika terjadi reversal, harga berpeluang turun hingga target terdekat di US$ 2.646.

Proyeksi kenaikan harga emas ini didorong oleh ketidakpastian global yang diperkirakan meningkat di bawah pemerintahan Trump. Kebijakan ekonomi Trump, seperti tarif impor yang lebih tinggi dan pengurangan pajak, diprediksi akan memberikan dorongan pada harga emas.

Andy menjelaskan, tarif impor yang lebih tinggi dapat memicu perang dagang global, sementara pengurangan pajak berpotensi meningkatkan inflasi di Amerika Serikat. Dalam kondisi seperti ini, emas, yang dikenal sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi, cenderung berkinerja lebih baik.

Para investor melihat emas sebagai aset yang menarik di tengah perlambatan imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun terpantu turun ke 4,54%. Penurunan ini mengurangi biaya peluang untuk memegang aset yang tidak menghasilkan imbal hasil seperti emas.

Sementara itu, Dolar AS (USD) tetap menunjukkan penguatan, dengan Indeks Dolar AS (DXY) mencatatkan level tertinggi dalam dua tahun terakhir di 108,90. Penguatan Dolar AS ini didorong oleh ekspektasi inflasi yang tinggi di bawah kebijakan pemerintahan Trump, yang diprediksi akan membuat Federal Reserve mengambil langkah kebijakan yang lebih moderat.

Data ekonomi AS yang kuat turut memperkuat sentimen terhadap Dolar. Klaim pengangguran awal untuk pekan yang berakhir pada 27 Desember dilaporkan turun menjadi 211.000, lebih rendah dari ekspektasi 222.000 dan angka sebelumnya 220.000.

Andy menambahkan, faktor geopolitik juga turut mendukung kenaikan harga emas karena statusnya sebagai aset aman. Serangan udara Rusia di Kyiv pada Hari Tahun Baru, yang mengakibatkan korban jiwa dan kerusakan signifikan, serta serangan militer Israel di Gaza, meningkatkan kekhawatiran global.

Secara keseluruhan, Andy memproyeksi harga emas tetap dalam tren bullish dengan potensi kenaikan hingga US$ 2.663 per ons troi. Namun, investor perlu mewaspadai potensi pembalikan harga jika tekanan dari faktor-faktor eksternal meningkat. Kombinasi data ekonomi yang positif di AS, kebijakan pemerintahan Trump, dan ketegangan geopolitik global akan terus memengaruhi pergerakan emas dalam waktu dekat.

Selanjutnya: Anak Usaha Waskita Karya (WSKT) Lakukan Restrukturisasi Utang, Begini Detailnya

Menarik Dibaca: Harga Emas Hari Ini Naik, Menuju Minggu Terbaik Sejak November

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×