kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Transaksi SUN kembali lesu


Rabu, 27 Juni 2012 / 07:12 WIB
ILUSTRASI. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD mengatakan, pemerintah memutuskan merevisi UU Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) secara terbatas.


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Harga obligasi pemerintah semakin tergerus. Pemodal masih ragu-ragu menempatkan dana di obligasi setelah lembaga pemeringkat memangkas rating surat utang di Eropa.

Indeks Dealer Market Association (IDMA), yang mengukur harga Surat Utang Negara (SUN) bergerak melandai. Indeks, Selasa (26/6), sebesar 106,62, turun dari posisinya per Senin (25/6), yaitu 107,16. Jika dibandingkan dengan posisi per akhir pekan lalu (22/6), yaitu 107,4, tampak penurunan sebesar 0,3%.

Agus Salim, pengamat pasar obligasi yang juga menjabat sebagai Direktur CIMB Principal Asset Management memprediksi, kecenderungan pelemahan obligasi akan berlanjut. Penyebabnya, tidak ada jadwal penerbitan data ekonomi terbaru, yang bisa mengangkat harga.

Sedangkan dari luar negeri, aksi Moody\'s memangkas rating dan prospek Spanyol, menggoyahkan kepercayaan pemodal terhadap surat utang. "Belakangan ini, berita yang tidak bagus dari pasar global, mudah sekali membuat harga obligasi pemerintah rontok," ujar Imam MS, pengamat pasar uang.

Koreksi benchmark

Di saat pasar uang dunia bergejolak, para investor membatasi penempatan dananya di obligasi dengan tenor pendek. Situasi itu terjadi juga dalam perdagangan SUN. Grafik yield obligasi pemerintah dengan jangka waktu panjang bergerak naik, karena harganya merosot.

Imam menduga, dalam waktu dekat, investor masih akan menjauh dari obligasi pemerintah, terutama yang bertenor panjang. "Transaksi obligasi akan makin sepi menjelang inflasi tinggi karena saat puasa dan lebaran," tutur dia.

Di awal pekan ini, frekuensi sekaligus nilai perdagangan perdagangan obligasi negara merosot. Untuk frekuensi penurunan mencapai 29,5%, dari 421 transaksi, akhir pekan lalu, menjadi 297 transaksi, kemarin. Sedang nilai transaksi di periode yang sama, turun dari Rp 6,97 triliun, menjadi Rp 3,64 triliun.

Obligasi pemerintah yang paling laku adalah seri FR0058. Nilai dan frekuensinya masing-masing Rp 557 miliar dan 67 kali. Seri benchmark, seperti FR0060, tidak luput dari tren pelemahan. Indeks harga untuk seri tersebut turun menjadi 105,50, dari 106,63. Lalu, FR0059 dan FR0058 mengalami koreksi tipis.

Hanya, seri FR0060 yang melanjutkan rally menjadi 103,65, dari hari sebelumnya 103,60. "Koreksi memang terjadi untuk obligasi tenor panjang," kata Agus. Baik Agus maupun Imam memprediksi, tren baru berubah, setelah ada kabar menggembirakan dari Eropa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×