kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Transaksi saham syariah masih sepi


Kamis, 20 Desember 2012 / 21:40 WIB
Transaksi saham syariah masih sepi
ILUSTRASI. Penjualan mobil di salah satu pusat penjualan mobil di Tangerang Selatan, Rabu (11/8). ./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/11/08/2021.


Reporter: Dityasa H Forddanta |

JAKARTA. Meski mayoritas penduduk Indonesia muslim, volume transaksi saham syariah masih belum bisa terangkat. Akibatnya, beberapa sekuritas yang memiliki layanan transaksi syariah belum bisa meraup untung dari bisnis tersebut.

PT BNI Securities, misalnya, sudah memiliki layanan saham berbasis syariah sejak pertengahan tahun ini. Tapi apa daya, jangankan pendapatan yang mengucur lancar, perolehan nasabahnya saja kembang kempis. BNI Securities baru memiliki 50 nasabah (trader) transaksi saham syariah, padahal total nasabahnya mencapai 21.000 orang.

Di Bursa Efek Indonesia (BEI), kondisinya tak berbeda jauh. Dari total 190.000 rekening efek, hanya terdapat 400 rekening efek syariah.

Sebenarnya, jika dilihat dari sisi jenis sahamnya, saham berbasis syariah sendiri terus tumbuh. Berdasarkan data Bapepam-LK, sudah hadir 174 unit saham syariah di tahun 2007. Tahun ini, jumlahnya naik menjadi 317 unit.

Transaksi sepi, tapi tetap dipertahankan

Rubani, Direktur Keuangan BNI Securities, mengungkapkan, volume transaksi harian untuk saham syariah di BNI Securities sangat rendah. Jika biasanya volume transaksi mencapai Rp 140 miliar per hari, maka volume transaksi efek syariah jauh di bawah 5%.

Tapi, meski bisnis transaksi efek syariah kurang oke, BNI Securities tidak berniat menghapusnya. 

Rubani menceritakan, pernah ada investor yang hanya punya duit Rp 10 juta, dan dia ragu untuk mencicipi bermain saham. Tapi ketika diberi keyakinan jika transaksi efek syariah sudah mengacu pada peraturan DSN No. 80, investor tersebut malah jadi rajin bermain saham. "Dia jadi beli mulu setelah kami beri jaminan seperti itu. Jadi potensinya memang sangat besar," tegasnya.

Walau memilih bertahan, BNI Securities ingin tetap bermain aman. Melihat bisnis transaksi efek syariah untuk ritel kurang oke, rencananya BNI Securities akan bekerja sama dengan tiga perusahaan asuransi untuk menjual efek syariah tahun depan. Meski enggan menjelaskan seperti apa bentuk kerjasamanya, besar kemungkinan efek tersebut akan dijual pihak asuransi dalam bentuk unitlink.

Tapi, bukan berarti layanan untuk nasabah ritel ditinggalkan. Bahkan, platform online trading BNI Securities yang terbaru, eSmart V.3, langsung menampilkan dua pilihan, yaitu transaksi syariah dan reguler di halaman muka situsnya.

Apabila nasabah memilih syariah, ia hanya bisa melakukan trading untuk daftar efek syariah (DES) yang sudah mendapat lisensi dari Bapepam-LK. Jika ia nekad trading saham reguler, maka sistem akan langsung membloknya.

BNI Securities juga mengaku tidak akan menyerah mengembangkan potensi bisnis syariah. Edukasi secara intensif akan terus dilakukan, khususnya di kota-kota yang merupakan kantung Muslim terbesar seperti Aceh dan Banjarmasin. Selama ini, pilihan kota yang menjadi sasaran mengacu pada daftar nasabah BNI Syariah. "Mana yang paling banyak, itu menjadi prioritas," tukas Rubani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×