Reporter: Francisca Bertha Vistika | Editor: S.S. Kurniawan
Pasar saham tanah air makin bergairah. Paling tidak, situasi ini tergambar dari rata-rata nilai transaksi harian perdagangan saham yang sepanjang tahun lalu naik sekitar 30% ke kisaran Rp 6 triliun dari tahun sebelumnya.
Tahun ini, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mematok pertumbuhan rata-rata nilai transaksi harian perdagangan saham sebesar 25%. Salah satu caranya: mendongkrak transaksi margin (margin trading).
Nah, untuk mengerek transaksi margin saham, BEI, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) mendirikan PT Pendanaan Efek Indonesia (PEI).
Ketiga self regulatory organization (RSO) meneken pendirian perusahaan securities financing ini pada 28 Desember 2016 lalu. Kelak, PEI akan mengucurkan pinjaman kepada sekuritas yang memiliki fasilitas transaksi margin.
Bagi investor dan trader saham, ini kabar baik. Menurut Soeratman Doerachman, investor senior, dengan memanfaatkan fasilitas pinjaman untuk bertransaksi, investor maupun trader bisa trading dalam nilai yang lebih besar dengan modal sendiri yang kecil.
Hanya, Eyang Ratman, panggilan akrab Soeratman Doeratman, mengingatkan, yang cocok memanfaatkan transaksi margin hanya investor yang profesional. Buat mereka, fasilitas ini merupakan kesempatan baik. “Dengan modal kecil dari kocek sendiri, untung yang didapat bisa berlipat,” ujarnya.
Jadi, Soeratman menegaskan, transaksi margin tidak dianjurkan bagi investor yang belum profesional apalagi pemula. “Sebelum menggunakan margin trading, yakinkan dulu bahwa Anda telah terdidik dan terlatih serta secara keseluruhan hasil transaksi sebelumnya positif,” imbuh Komisaris PT Indonesia AirAsia X ini.
Sebab, fasilitas transaksi margin tidak gratis. Pinjaman dari sekuritas ini mengutip bunga seperti halnya bank.
Besarannya berbeda-beda tergantung sekuritas. Ada yang memungut bunga hingga 0,2% per hari. “Jika rugi, maka ruginya dalam persentase juga akan lebih besar,” ungkap Soeratman.
Irwan Ariston Napitupulu, investor saham lainnya, sependapat dengan Soeratman. Bagi investor yang berniat menggunakan fasilitas transaksi margin, mereka memang harus sudah profesional.
Dan, bagi investor yang ingin memanfaatkan transaksi margin, dia mesti yakin betul saham yang diincar harganya akan naik. Ambil contoh, jika harga sahamnya berpotensi naik 15% dan bunga pinjaman hanya 1,5% sebulan, enggak ada salahnya memakai fasilitas itu.
Irwan pun mengaku tertarik memanfaatkan transaksi margin bila bunganya rendah. Itu pun dengan catatan, momentumnya bagus.
Lebih tepat saat pasar saham tidak sedang bearish. “Kalau probabilitas naiknya tinggi, ya, bisa meminjam. Kalau tidak, lebih baik pakai uang sendiri,” tegasnya.
Jangan gorengan
Pilihan sahamnya, Irwan menyarankan, sebaiknya yang bukan saham gorengan. Lebih aman mengambil saham badan usaha milik negara atau daerah (BUMN/BUMD) dan blue chip. Pertimbangannya, volatilitas saham itu lebih terukur lalu pergerakannya cenderung tak mudah digoreng ke bawah.
Sedang Soeratman merekomendasikan saham-saham dengan fundamental yang bagus. Pilihannya bisa jatuh ke sektor perbankan: BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI. “Perbankan di Indonesia masih dikuasai oleh empat bank ini,” kata dia.
Pilihan lainnya, saham sektor infrastruktur yakni WIKA, ADHI, dan WSKT. Soalnya, pemerintah tengah gencar membangun infrastruktur. Saham sektor konsumsi seperti ICBP dan Farmasi semisal INDF serta UNVR juga layak koleksi.
Tapi, Soeratman mewanti-wanti untuk berhati-hati dengan saham-saham yang dalam waktu singkat naik tajam tapi kinerja fundamentalnya tidak meyakinkan. “Hati-hati jebakan batman,” pesan Soeratman.
Investor dan trader bisa memanfaatkan fluktuasi harga disegala kondisi, baik bullish, bearish, maupun stagnan. Tapi, mereka harus tahu pakem-pakem dalam trading. Alat-alat bantu seperti analisis teknikal bisa menolong pemodal.
Irwan menambahkan, jangan melakukan transaksi berlebihan atawa over trade. Maksudnya, tidak memanfaatkan fasilitas transaksi margin melebihi batas potensi kerugian yang mampu diri sendiri terima.
“Untuk investasi saham, tanpa menggunakan fasilitas pinjaman pun, keuntungan yang didapat sudah bagus. Jadi, buat apa ambil risiko tambahan yang malah bisa membuat kita merugi signifikan?” ucap dia.
Makanya, Irwan bilang, investor murni tak banyak yang tertarik dengan fasilitas ini. Kemungkinan yang akan berminat adalah trader profesional.
Senada, Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia, investor murni mungkin tidak tertarik memanfaatkan fasilitas itu. Mereka menyimpan duit di saham untuk jangka waktu yang panjang, sangat panjang malah.
“Buat trader, ini menjadi sangat menarik. Apalagi, dengan harapan suku bunga bisa lebih murah,” tuturnya.
Jangan gampang tergiur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News