Reporter: Dina Farisah | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Transaksi minyak sawit alias crude palm oil (CPO) di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) menyusut 14,73% sepanjang Januari lalu. Penurunan volume transaksi pun berbanding lurus dengan koreksi harga.
Sepanjang Januari 2014, terjadi sebanyak 20.371 lot transaksi kontrak CPOTR di BKDI. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan volume transaksi Desember 2013 yang mencapai 23.889 lot.
Tak hanya volume transaksi yang menyusut, harga jual CPO pun melandai. Pada akhir Januari lalu, harga minyak sawit untuk kontrak pengiriman April 2014 ditutup pada level Rp 9.810 per kilogram (kg). Harga tersebut terpangkas 5,4% dibanding harga penutupan akhir tahun lalu, yaitu menyentuh Rp 10.370 per kg.
Head of Product Development BKDI, Stella Novita Lukman menjelaskan, volume transaksi CPO turun akibat banyak hari libur sepanjang Januari 2014. Apalagi, kata Stella, minat pelaku pasar dalam bertransaksi cenderung berkurang pasca libur Natal dan Tahun Baru. Jadi biasanya transaksi Januari lebih rendah dibanding Desember.
Adapun, dari sisi harga, Stella mengatakan, koreksi terjadi karena berkurangnya permintaan CPO lantaran faktor cuaca. Selain itu, juga dipengaruhi pergerakan harga komoditas substitusi, dan spekulasi melimpahnya stok minyak sawit Indonesia.
Harga masih melandai
Namun, Stella optimistis, ke depan, volume transaksi CPO di BKDI akan lebih tinggi. Pasalnya, Indonesia merupakan salah satu produsen dan eksportir terbesar minyak sawit di dunia. Sayang, ia bilang, banyak pelaku pasar yang belum paham keuntungan bertransaksi di kontrak berjangka.
"Makanya, kami aktif melakukan edukasi kepada pelaku pasar. Dengan begitu, kamiberharap dapat menggenjot volume transaksi di bulan-bulan mendatang," ungkapnya.
Sekadar gambaran, CPO merupakan kontrak yang paling aktif diperdagangkan di BKDI. Adapun, komoditas lain yang banyak diperdagangkan per Januari, yaitu emas (GOLDGR) hanya sebanyak 1.864 lot. Pun produk turunan CPO (OLEIN) ditransaksikan sebanyak 53 lot.
Analis PT Millenium Penata Futures, Suluh Adil Wicaksono memprediksi, harga CPO berpotensi tertekan dalam jangka pendek. Ini tak terlepas dari anjloknya ekspor Malaysia sebesar 11% menjadi 1,2 juta ton pada Januari lalu.
Kabar ini akan menggerogoti harga CPO sepanjang pekan ini. Anjloknya ekspor Malaysia mengindikasikan permintaan CPO tidak tumbuh. Sementara suplai berlimpah. “Melambatnya ekspor dapat menekan harga CPO hingga ke bawah RM 2.557 per metrik ton,” prediksi Suluh.
Akhir Januari lalu, kontrak CPO untuk pengiriman April di Bursa Derivative Malaysia (MDEX) bertengger di RM 2.559 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News