kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Transaksi BTEL belum lunas, pemilik berganti lagi


Rabu, 03 April 2013 / 06:38 WIB
Transaksi BTEL belum lunas, pemilik berganti lagi
ILUSTRASI. Selain Menyegarkan, 5 Manfaat Semangka Ini Wajib Diketahui


Reporter: Narita Indrastiti, Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) masih memiliki piutang atas penjualan saham anak usahanya, PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL). Pembeli BTEL, Mount Charlotte Holding Limited, belakangan mengalihkan semua hak dan kewajiban kepada Sky Trinity Industries Ltd.

Laporan keuangan BNBR, Selasa (2/4), menuliskan, pengambilalihan hak dan kewajiban Mount Charlotte terjadi pada 7 Desember 2012. Pada tahap awal, Sky Trinity telah membayar Rp 117,9 miliar kepada BNBR pada 28 Desember 2012. Artinya, sisa piutang BNBR ke Sky Trinity masih Rp 1,34 triliun.

Nah, BNBR dan Sky Trinty bersepakat memperpanjang jatuh tempo sisa pembayaran ini sampai 7 Desember 2013. Sekadar berkilas balik, akhir 2011, BNBR menjual 4,3 miliar saham BTEL di harga Rp 340 per saham ke Mount Charlotte. Total nilai transaksi itu Rp 1,46 triliun. Pembayaran transaksi itu harusnya selesai akhir 2012, sebelum akhirnya beralih ke Sky Trinity.

Berdasarkan penelusuran KONTAN, Sky Trinity merupakan perusahaan yang berbasis di Hong Kong. Perusahaan ini berdiri 19 Januari 2012.

Bayu Nimpuno, Head of Corporate Communication BNBR mengaku tidak mengetahui siapa Sky Trinity. "Kami juga belum tahu alasan peralihan kewajiban Mount Charlotte ke Sky Trinity," jelas dia pada KONTAN, Selasa (2/4).

Tapi, kata Bayu, BNBR senang bekerjasama dengan Sky Trinity karena mereka mulai membayar kewajibannya.

BNBR sedianya berniat menggunakan piutang itu untuk melunasi utang senilai Rp 400 miliar ke Ascention Ltd. BNBR mendapat fasilitas pinjaman tersebut, tahun 2010.

Sebagai gantinya, BNBR melunasi utangnya ke Ascention dari hasil menagih piutang ke Piper Price and Company Limited (PPC). Sebagai catatan, BNBR menerima pembayaran dari PPC sebesar Rp 2,28 triliun.

PPC juga harus membayar penalti Rp 1,1 triliun kepada BNBR karena terlambat melunasi utangnya. Maklum, PPC sempat menunda pelunasan utangnya tersebut.

Sejauh ini, BNBR belum menerima pembayaran penalti PPC. BNBR memberi tenggat pembayaran paling lambat 30 September 2013.

Per 31 Desember 2012, BNBR masih memiliki piutang Rp 3,34 triliun. Sebagai perbandingan, akhir 2011, total piutang usaha BNBR sekitar Rp 5,25 triliun.

Tahun lalu, pendapatan BNBR menurun 7,3% menjadi Rp 15,48 triliun dari Rp 16,7 triliun di 2011. Laba bersih BNBR juga menurun menjadi Rp 127,77 miliar dari sebelumnya Rp 451,89 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×