Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) terus menggeber ekspansi pada tahun ini. TPIA berencana membangun pabrik kedua melalui anak usaha PT Chandra Asri Perkasa. TPIA menjadwalkan pabrik baru ini mulai beroperasi pada tahun 2022-2023 mendatang.
Untuk menyokong rencana ekspansi tersebut, TPIA mengalokasikan dana sebesar US$ 5 miliar. Di tahap pertama, anak usaha Grup Barito ini akan menggelontorkan pendanaan US$ 1,9 miliar.
Sebelumnya, KONTAN memberitakan pabrik baru TPIA akan memproduksi 1 juta ton etilena per tahun. Pabrik ini juga akan memproduksi pygas sebesar 450.000 ton per tahun dan propilena 550.000 ton per tahun.
Manajemen TPIA menyiapkan tiga skema pembiayaan eksternal untuk memenuhi kebutuhan dana ekspansi. "Terkait financing, mungkin ada mekanisme kombinasi dari IPO, bank dan obligasi," ungkap Suryandi, Direktur TPIA, Selasa (2/5).
Tapi skema pendanaan itu belum final. Adapun final investment decision baru akan dilakukan pada akhir 2018.
Rights issue
Bukan hanya mencari pendanaan eksternal, manajemen juga mengalokasikan sebagian dana hasil rights issue atau penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) untuk membiayai pabrik tersebut. Rencana rights issue TPIA sudah mendapat restu rapat umum pemegang saham (RUPS), kemarin.
Rights issue ini sekaligus menjadi upaya TPIA untuk memenuhi aturan minimal kepemilikan saham oleh publik atau free float sebesar 7,5%.
Saat ini TPIA baru memiliki free float sebesar 4,22%. Padahal otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) mewajibkan batas minimal kepemilikan saham publik sebesar 7,5%. "Dana yang diperoleh akan digunakan sebagai belanja modal, sejalan dengan rencana bisnis jangka menengah untuk menambah kapasitas produksi dan diversifikasi portofolio produk," ujar Harry Muhammad Tamin, Head of Investor Relation TPIA, kemarin.
Namun manajemen belum mau menyebutkan target dana rights issue tersebut. Satu hal yang pasti, TPIA akan merilis maksimal 280 juta saham dalam rights issue, sehingga porsi publik minimal 7,5%.
RUPS TPIA kemarin juga menyetujui penggunaan 50% laba bersih 2016 sebagai dividen tunai. Ini berarti TPIA bakal membagikan dividen senilai US$ 150 juta, setara US$ 0,004563 per saham.
Besaran dividen tersebut akan dikurangi dividen interim yang telah dibagikan pada 15 September 2016 senilai US$ 0,01 per saham. "Sisanya US$ 0,03562 per saham akan dibayarkan kepada pemegang saham pada 23 Mei 2017," tutur Harry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News