Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten penyedia menara telekomunikasi, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) telah menerbitkan surat utang atau notes dalam mata uang asing senilai US$ 400 juta. Penawaran surat utang tersebut diselesaikan pada 2 November 2021 lalu.
Direktur Keuangan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk, Helmy Yusman Santoso mengatakan, surat utang US$ 400 juta yang ditawarkan oleh TBIG mendapat kelebihan permintaan (oversubscribe) 4,1x. “(Penerbitan surat utang US$ 400 juta) sudah selesai semua, dananya sudah diterima oleh TBIG,” ujar Helmy kepada Kontan.co.id, Kamis (4/11).
Surat utang senilai US$ 400 juta yang diterbitkan oleh TBIG memiliki tenor 5,5 tahun. Jatuh tempo pembayaran utang pokoknya pada tahun 2027 mendatang. Surat Utang ini memiliki tingkat bunga tetap sebesar 2,80% per tahun. Bunganya akan dibayarkan setiap 6 bulan, dimulai pada 2 Mei 2022 mendatang.
Dari penerbitan surat utang senilai US$ 400 juta ini, TBIG mengantongi hasil bersih US$ 396 juta setelah dikurangi dengan biaya penjaminan emisi dan komisi serta biaya pengeluaran lainnya yang harus dibayarkan.
Mengutip keterbukaan informasi TBIG yang diterbitkan 4 November 2021, rencananya dana yang diperoleh bakal digunakan untuk melunasi sebagian saldo terutang dari “Fasilitas B” atau fasilitas pinjaman revolving seri B sebesar US$ 100 juta dari US$ 1.000.000.000 Facility Agreement, Fasilitas RLF Tahun 2017 atau fasilitas pinjaman revolving sebesar US$ 200 juta, dan Fasilitas RLF Tahun 2019 atau fasilitas pinjaman revolving sebesar US$ 375 juta.
Baca Juga: Tower Bersama (TBIG) Rilis Obligasi US$ 400 Juta untuk Bayar Utang Entitas Anak
Per 30 Juni 2021 lalu, saldo terutang TBIG pada Fasilitas B berjumlah US$ 95 juta, jatuh temponya pada Juni 2022. Berikutnya, saldo terutang TBIG pada Fasilitas RLF Tahun 2017 tercatat sebesar US$ 111,6 juta per 30 Juni 2021 dan akan jatuh tempo pada Juni 2022.
Sementara itu, saldo terutang TBIG pada Fasilitas RLF Tahun 2019 berjumlah 334 juta per 30 Juni 2021 lalu. Fasilitas pinjaman ini akan jatuh tempo pada Januari 2025 mendatang.
Dalam rencana TBIG, TBIG akan melunasi sebagian saldo terutang ketiga fasilitas pinjaman ini dengan alokasi sebanyak US$ 85 juta untuk Fasilitas B, US$ 111,6 juta untuk Fasilitas RLF Tahun 2017, dan US$ 199,4 juta untuk Fasilitas RLF Tahun 2019.
Penerbitan surat utang senilai US$ 400 juta sendiri merupakan bagian dari rencana penerbitan surat utang senilai US$ 900 juta yang telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada akhir September 2021 lalu. Dengan demikian, TBIG masih bisa melakukan penerbitan surat utang mata uang asing lagi hingga US$ 500 juta dalam jangka waktu 12 bulan sejak tanggal persetujuan RUPSLB.
Meski begitu, menurut Helmy, TBIG belum menentukan kapan rencana penerbitan surat utang berikutnya. “US$ 500 juta sisanya, kalau jadi diterbitkan, bisa untuk refinancing atau untuk capex (capital expenditure),” tutur Helmy ketika ditanyai soal hal ini.
Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani menilai, penerbitan utang senilai US$ 400 juta oleh TBIG tidak berdampak signifikan bagi TBIG, sebab penggunaannya hanya diperuntukkan untuk keperluan refinancing utang.
Dengan pertimbangan itu, rekomendasi Sucor Sekuritas atas saham TBIG masih seperti sebelumnya, yaitu rekomendasi beli dengan target harga Rp 4.000 per saham. “Kami masih menunggu rilis LK (laporan keuangan) kuartal 3 untuk kembali me-review rekomendasi kami,” ujar Hendriko kepada Kontan.co.id (4/11).
Di sisi lain, Hendriko juga masih mencermati kepastian rencana penerbitan surat utang TBIG berikutnya. Terlebih, tujuan penggunaan dana penerbitan utang TBIG berikutnya, kalaupun jadi direalisasi, belum bisa dipastikan untuk apa.
Selanjutnya: IPO Mitratel dinilai bakal atraktif, apa daya tariknya?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News