Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Turunnya kontribusi flexi terhadap total pendapatan di kuartal III 2010 menjadi salah satu pendorong PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) untuk menggenjot pendapatan sektor data, internet, dan IT nya.
Sekadar mengingatkan, pendapatan TLKM di kuartal III 2010 turun 9% year on year (yoy). Sepanjang sembilan bulan pertama 2010, pendapatan flexi turun dari Rp 10,806 triliun menjadi Rp 9,854 triliun. Kontribusinya terhadap total pendapatan pun menyusut dari 22% di kuartal III tahun lalu menjadi hanya 19%.
Adapun total pendapatan perseroan per September 2010 sekitar Rp 52 triliun. Salah satu penyebabnya adalah turunnya rata-rata pendapatan per pelanggan (ARPU) sebesar 26%. Kalau kuartal III 2009 ARPU mencapai Rp 23.000, di kuartal III tahun ini hanya Rp 17.000. Hal itu tidak lepas dari turunnya minutes of usage (MoU) dari 12 miliar menit menjadi hanya 9 miliar menit.
Seiring dengan hal itu, kontribusi data, internet dan IT nya melonjak dari 30% atau Rp 15,8 triliun dari 27% dari total pendapatan atau setara dengan Rp 13,8 triliun. Itu sebabnya, TLKM menargetkan pendapatannya dari sektor data, intenet dan IT mencapai 50% dari total pendapatan.
"Tapi itu plus dengan SMS. Kalau broadbandnya saja di 2014 baru bisa mencapai 30%" ujar Direktur Keuangan TLKM Sudiro Asno dalam paparan dengan sejumlah investor dalam Investor Summit di Jakarta, Rabu (10/11).
Tahun ini TLKM menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 4% dari tahun lalu. Namun, ia masih belum mau blak-blakan terkait kenaikan laba bersihnya. "Pokoknya single digit," tandasnya.
Analis Bahana TCW Investmenet Management Leonardo Henry Gavaza memperkirakan, pertumbuhan pendapatan TLKM hingga akhir tahun memang tidak akan jauh dari 4%. "Sedangkan laba bersihnya diperkirakan masih negatif, karena cost nya masih lebih besar," paparnya.
Sedangkan terkait andalannya di bisnis data, Leonardo berpendapat, hal itu tidak akan terlalu berkontribusi maksimal terhadap kinerja BUMN telekomunikasi itu. Pasalnya, ia menghitung, marginnya kecil, yaitu sekitar 3%-4%.
Merger Esia
Sudiro mengaku, hingga saat ini perseroan masih melakukan pembicaraan dengan PT Bakrie Telekom Tbk (BTEL) induk usaha esia. "Saat ini masih melakukan penilaian valuasi aset, kalau aset Flexi sendiri sekitar Rp 9 triliun hingga Rp 10 triliun," katanya. Yang jelas, lanjut dia, Flexi tidak akan keluar dana sepeser pun dalam aksi korporasi itu. Pasalnya, TLKM akan mengkontribusikan 30% dari total valuasi aset Flexi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News