Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dunia investasi bukanlah hal baru bagi seorang Lucky Bayu Purnomo. Pria yang saat ini menjabat sebagai Komisaris Independen PT Wira Global Solusi Tbk (WGSH) tersebut memulai berinvestasi sejak duduk di bangku kuliah, tepatnya pada tahun 2002. Investasi lebih dipilih daripada menabung dengan menimbang aspek kedisiplinan.
“Kalau tabungan bisa saya ambil kapan saja. Saya mencari sesuatu yang membuat harus berpikir kalau mau mengambil uang,” kata Lucky kepada Kontan.co.id, Kamis (28/10).
Kala itu, instrumen investasi pertama yang dipilih Lucky adalah saham. Yang menarik, saham pertama yang Lucky beli bukanlah saham lokal, tetapi saham perusahaan luar negeri, yakni saham Google yang saat ini bersalin nama menjadi Alphabet.
Saat ini, sekitar 60% saham masih menjadi instrumen andalan Lucky. Ada dua kriteria yang menjadi acuan Lucky dalam memilih saham. Pertama, saham keping biru alias blue chips, dengan syarat saham perusahaan tersebut memperoleh apresiasi pasar berdasarkan kinerja fundamental dan kinerja harga.
Baca Juga: Cara Terbaik Merasa Bahagia di Tempat Kerja ala Warren Buffett
Sebab, ada beberapa saham blue chips dengan market caps besar, namun harganya cenderung stagnan.”Saya selalu melakukan transaksi di saham blue chips dengan volatilitas yang tinggi, blue chips yang kenaikannya optimal,” terang pria kelahiran 1982 ini.
Selain saham blue chips, Lucky juga menempatkan investasinya pada saham saham-saham lapis kedua alias second liner. Tentunya, second liner yang dipilih Lucky adalah saham yang masih memiliki nilai intrinsik, dengan menghitung nilai aset serta laba perusahaan disertai dengan potensi harga saham. Tentu dibarengi dengan pertumbuhan usaha dari saham perusahaan tersebut di masa yang akan datang.
Sebanyak 40% dari portofolio Lucky ditempatkan di instrumen yang memiliki volatilitas tinggi, antara lain mata uang dan komoditas. Komoditas yang dipilih Lucky adalah emas dan minyak dunia. Sisanya, dia tempatkan di instrumen forex.
Lucky juga konsisten dalam menyisihkan penghasilannya untuk berinvestasi. Biasanya, dia menargetkan 55% dari penghasilannya selama setahun, untuk dialihkan kembali ke instrumen investasi. “Kalau ada lebihnya saya anggap sebagai bonus,” kata pria yang juga berprofesi sebagai ekonom dan praktisi pasar modal ini.
Meski instrumen investasi semakin banyak dan semakin beragam, Lucky mengaku sejauh ini belum cukup tertarik untuk berinvestasi di instrumen lain. Sebab, terkadang instrumen yang tumbuh terlalu cepat juga akan mengalami koreksi yang cepat juga.
Untuk itu, dalam memilih instrumen investasi, seseorang membutuhkan waktu untuk mempelajari dan mempertimbangkan aspek-aspeknya, seperti gain dan risiko “ Lebih baik kehilangan waktu untuk belajar, dari pada kehilangan uang,“ ungkap dia.
Hindari sifat serakah
Lucky menekankan pentingnya belajar dan analisis sebelum memutuskan untuk terjun ke pasar. Dalam rangka mengambil keputusan transaksi, investor dapat menentukan rencana transaksi berdasarkan jangka waktu, seperti jangka panjang, jangka menengah, atau jangka pendek (bagi seorang trader).
Dengan menentukan jangka waktu dan menyesuaikan tujuan investasi, maka akan mengajarkan investor untuk tidak bersifat serakah/greedy. “Jangan sampai ingin menjadi investor saham dengan waktu jangka panjang, lalu ingin dapat untuk cepat dan menjual saham dalam jangka pendek. Sebaiknya jika tujuan Investasi jangka panjang, juga harus disesuaikan dengan pencapaian kinerja portofolio dalam jangka panjang pula ” terang pria yang meraih gelar Doktor Ilmu Ekonomi & Keuangan dari Universitas Trisakti ini.
Menurut dia, keserakahan akan menimbulkan sikap gegabah, seperti menginginkan return instan, rasa ingin cepat kaya, dan ingin cepat untung. Sikap-sikap inilah yang pada akhirnya berujung pada tindakan yang sembrono dalam mengambil keputusan, misal terlalu cepat dalam membeli saham hingga terlalu cepat dalam melakukan cut loss. Sedangkan setelah melakukan cut loss, saham tersebut kembali naik dan tidak bisa beli lagi.
Dia menganalogikan, dalam berinvestasi seseorang harus bersikap layaknya air yang tenang. Air selalu mencari tempat yang lebih rendah dan tenang. Selama seseorang bisa berinvestasi dengan tenang dan rendah emosi, investor akan mendapatkan tempat (hasil) yang optimal. Sebab, terkadang ada investor yang ingin mendapatkan hasil yang tinggi dan keuntungan yang menggunung.
“Padahal mereka tidak sadar, bahwa mereka tampak kecil apabila dilihat dari daratan bahkan tempat yang rendah, dimana air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah dan mencari tempat yang lebih luas” kata dia.
Kurang lebih sudah 20 tahun berkecimpung di pasar modal, suka dan duka sudah dilalui oleh Lucky. Pengalamannya berinvestasi dia abadikan di sebuah buku, dimana salah satu capaian Lucky adalah pernah menghasilkan cuan hingga 4.800%. Namun, ada kalanya ia juga mengalami kegagalan.
“Bahkan dalam setiap kesempatan saya selalu mengaku kalau saya pernah rugi. Karena dengan mengaku, paling tidak saya sudah menyelesaikan masalah terhadap hati dan pikiran saya lebih awal,” ujar pendiri LBP enterprises ini.
Dari sana, seorang investor bisa belajar bahwa jika kebenaran selalu dihasilkan dari sebuah kesalahan, maka kesalahan tersebut memiliki derajat yang lebih tinggi. Kesalahan yang teruji akan mengantarkan seseorang kepada suatu kebenaran.
Hal ini penting bagi investor agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. “Masa lalu memberi peringatan, masa kini memberi pelajaran, dan masa depan memberi harapan,” kata Lucky.
Dia pun menaruh harap pada perkembangan pasar modal tanah air. Pertama, dari aspek keterbukaan informasi dengan mendorong literasi dan inklusi keuangan. Kedua, semakin banyak perusahaan yang melakukan initial public offering (IPO). Sebab, fungsi pasar modal bukan hanya menampung transaksi saham tetapi sebagai wadah pencarian modal perusahaan.
Seiring dengan banyaknya perusahaan yang IPO, Lucky juga berharap jumlah investor di tanah air semakin bertumbuh.
Melalui pasar modal, suatu perusahaan yang tercatat sebagai perusahaan go public akan lebih mudah diakses oleh segala kalangan masyarakat. Perusahaan yang tercatat sebagai perusahaan terbuka juga dapat ikut serta mewarnai pertumbuhan ekonomi. Yang pasti, perusahaan tersebut harus memiliki integritas terhadap investor dengan menjaga kinerja fundamental yang baik.
Terakhir, dia berharap akan lebih banyak orang yang menggeluti profesi di bidang pasar modal. Sebab, di negara maju, profesi di bidang pasar modal menjadi profesi yang diperhitungkan.
Baca Juga: IHSG Turun 0,50% ke 7.056 Hingga Tutup Pasar Jumat (28/10), UNVR Mentok ARB
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News