CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Timur Tengah Panaskan Harga Minyak


Senin, 23 Juli 2012 / 06:13 WIB
ILUSTRASI. Prokes Beribadah: Jama'ah dengan menggunakan masker saat beribadah di Masjid Raya Bintaro Jaya, Jumat (28/05). Jama'ah dihimbau untuk terus mematuhi protokol kesehatan di tempat ibadah agar terhindar dari penularan Covid-19. KONTAN/Baihaki/28/05/2021


Reporter: Anna Marie Happy, Rizki Caturini | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Harga minyak semakin mendidih. Suhu geopolitik di Timur Tengah dicemaskan mengganggu pasokan minyak. Maklumlah, sepertiga produksi minyak dunia berasal dari wilayah itu.

Kontrak pengiriman minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk September 2012, Jumat (20/7), ditutup senilai US$ 91,83 per barel. Itu pertumbuhan harga sebesar 4,95% dalam sepekan. Sedangkan kontrak pengiriman minyak jenis Brent menanjak 5,33% dalam seminggu minggu menjadi US$ 106,83 per barel.

"Kondisi di Iran dan Suriah memburuk, dan meningkatkan risiko geopolitik di wilayah itu," ujar Jason Schenker, President Prestige Economics LLC, kepada Bloomberg.

Sanksi embargo yang dijatuhkan Uni Eropa (UE), menyebabkan penurunan produksi minyak Iran. Kementerian Energi Amerika Serikat (AS) mengkalkulasi, hingga akhir 2012, produksi minyak Iran, akan turun sekitar 1 juta barel per hari. Sedang Suriah memanas karena perang sipil yang terjadi di negara itu.

Penutupan Hormuz

Pendorong lain harga minyak adalah spekulasi penyaluran stimulus di Amerika Serikat dan China, untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi di tiap negara.

Chairman Federal Reserves, Ben Bernanke, pekan lalu, menyatakan, pembuat kebijakan di AS sedang mengkaji kemungkinan menggelontorkan stimulus lanjutan. Langkah itu bertujuan mengurangi angka pengangguran.

Analis Senior Askap Futures, Kiswoyo Adi Joe, mengatakan, harga minyak terkoreksi di akhir pekan karena penurunan produksi Iran. Namun beberapa negara Asia dan Eropa masih akan membeli minyak dari Iran. "Hal itu mampu mengangkat harga minyak di pekan ini," ujar dia.

Analis Harvest International Futures, Ibrahim, menambahkan, harga minyak masih cenderung menguat. Ia bilang, bila terjadi perang di Suriah, maka Rusia, China, dan Iran akan bergabung di kubu Suriah. Sedang negara-negara Barat bisa membantu pihak oposisi. "Jika ini benar terjadi, aktivitas pengeboran minyak akan kacau,” katanya.

Secara teknikal, indikator bollinger 20 berada 80% di atas bollinger tengah, yang mengindikasikan potensi kenaikan. Moving average (MA) juga bergerak di 70% mendekati bollinger atas.

Moving average convergence-divergence (MACD) berada di posisi 70% yang menunjukkan pergerakan harga yang positif. Sedangkan relative strength index (RSI) bergerak 60% ke bawah, yang menunjukkan kenaikan terbatas.

Ibrahim memprediksi harga minyak, pekan ini, berada di rentang US$ 90,20- US$ 93,40 per barel. Kiswoyo menambahkan, arah pergerakan minyak, pekan ini, disetir rencana Iran menutup Selat Hormuz. Proyeksi dia, minyak berkisar dari US$ 90 hingga US$ 95 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×