Reporter: Indra Khairuman | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah diprediksi melemah pada perdagangan Jumat (14/2).
Menurut Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, rupiah masih berisiko tertekan dalam jangka pendek. Jika sentimen negatif terus berlanjut, bukan tidak mungkin rupiah dapat menguji level yang lebih lemah dari proyeksi tersebut dalam waktu dekat.
Josua menjelaskan, kebijakan moneter yang diterapkan oleh The Federal Reserve (The Fed) kini menjadi sorotan utama di kalangan investor.
Belum lama ini, Gubernur The Fed Jerome Powell, mengumumkan bahwa mereka tidak akan terburu-buru dalam melakukan penyesuaian suku bunga, yang saat ini berkisar antara 4,25%-4,5%.
Baca Juga: Rupiah Diperkirakan Melemah pada Jumat (14/2), Ini Sentimen Pemicunya
"Itu menandakan The Fed masih akan mengevaluasi data ekonomi sebelum mengambil keputusan berikutnya," kata Josua kepada Kontan.co.id, Kamis (13/2).
Di sisi lain, masih ada sentimen negatif dari kenaikan tarif impor AS ke beberapa negara, yang membuat indeks dolar (DXY) menguat dan pasar keuangan global tertekan.
"Laporan terbaru mencatat bahwa rupiah telah melemah ke level sekitar Rp 16.345 per dolar AS setelah adanya lonjakan DXY mendekati 110 pada akhir Januari hingga awal Februari 2025," tambah Josua.
Ia memperkirakan, nilai tukar rupiah untuk akhir tahun 2025 diperkirakan akan berada di sekitar Rp 16.300-Rp 16.500 per dolar AS, mempertimbangkan kebijakan proteksionisme AS dan ketidakpastian global.
Sebab itu, Josua menilai, kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas pasar valas akan menjadi faktir kunci dalam menentukan pergerakan rupiah dalam jangka pendek.
Baca Juga: Rupiah Dibuka Melemah ke Rp 16.380 Per Dolar AS Hari Ini (13/2), Peso Paling Lemah
Chief Economist Bank Syariah Indonesia, Banjaran Surya Indrastomo mengatakan bahwa kebijakan hawkish The Fed membuat suku bunga acuan tinggi bertahan lebih lama (higher for little longer), yang mengakibatkan dolar AS semakin menguat.
"Tanpa intervensi, Rp 16.800 per dolar AS mungkin akan jadi rendah tahun ini," ujan Banjaran, Kamis (13/2).
Namun, hal ini akan teredam dengan peningkatan devisa maupun intervensi pada domestic non-deliverable forward (DNDF).
Dengan intervensi BI, Banjaran memperkirakan rupiah masih bisa berada pada kisaran Rp 16.200-Rp 16.400 per dolar AS.
Selanjutnya: Sri Mulyani Beri Sinyal Efisiensi Anggaran Bakal Berlanjut di 2026
Menarik Dibaca: Promo McD Dinner Valentine 14 Februari, Rp160.000 Dapat Paket Berdua + Live Music
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News