Reporter: Muhammad Khairul | Editor: Edy Can
JAKARTA. Keterpurukan harga minyak sawit mentah tidak tertahan. Kontrak pengiriman crude palm oil (CPO) untuk Agustus 2012, di Malaysia Derivatives Exchange, merosot 2,35% menjadi, RM 3.028 per ton, Jumat (1/6).
Padahal, selama Mei lalu, penurunan harga komoditas agrobisnis ini sudah mencapai 10,5%. Itu penurunan bulanan terbesar sejak September 2009. Di Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX), harga CPO tergerus 9,2% selama Mei 2012.
CPO tak kuasa menahan serbuan sentimen negatif yang mempurukkan semua kelompok komoditas. Krisis Eropa masih menjadi momok terbesar pasar global. Isu Yunani dan Spanyol bergantian meruyak kecemasan pelaku pasar. Komoditas pertanian itu juga tersengat kekhawatiran penurunan permintaan dari China, konsumen minyak sawit terbesar sejagat.
Data Purchasing Manager Index (PMI), China, Mei lalu turun 5,4% menjadi 50,4, dari bulan April. Ini adalah level PMI terendah China sejak Desember 2011. Hal ini dikhawatirkan mempengaruhi prospek permintaan CPO di masa mendatang. Namun, perayaan bulan puasa di negara-negara muslim, di mata sebagian analis, bisa menahan lesunya permintaan CPO.
Chandran Sinnasamy, Head of Trading LT International, menuturkan, ekspor CPO untuk bulan Mei dan Juni meningkat karena negara-negara muslim meningkatkan impor sebelum bulan Ramadhan. Konsumsi makanan dan minyak masak meningkat pada bulan Ramadhan yang tahun ini jatuh pada Juli. Ekspor CPO dari Indonesia diprediksi naik 9% Mei lalu menjadi 1,63 juta metrik ton.
Menurut Asosiasi Minyak Kelapa Sawit Indonesia, produksi CPO Indonesia akan naik 6,4% menjadi 25 juta ton tahun ini dan ekspor naik 9% menjadi 18 juta ton.
Ekspor CPO Malaysia untuk bulan Mei naik 10,5% menjadi 1,15 juta ton, berdasarkan data Intertek. "Pembeli dari Pakistan, Bangladesh, dan negara-negara Timur Tengah telah meningkatkan stok persediaannya sebelum Ramadhan dan perayaan Idul Fitri,” tutur Susanto, kepala pemasaran Asosiasi Minyak Kelapa Sawit Indonesia.
Juni Sutikno, analis Philip Futures Indonesia, menilai, dari sisi supply-demand, CPO cenderung aman. Jatuhnya harga saat ini semata karena besarnya koreksi di pasar komoditas karena perkasanya dollar AS.
Dalam jangka pendek, CPO masih akan tertekan dengan level support kuat di RM 2940 atau Rp 8.750 untuk CPO Indonesia. "Namun paruh dua tahun ini, harga bisa kembali ke RM 3.200, terdorong kuatnya permintaan," kata Juni.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News