Sumber: KONTAN | Editor: Test Test
JAKARTA. Lembaga pemeringkat internasional, Fitch Rating, memangkas peringkat perusahaan, PT Pakuwon Jati Tbk (PWON). Fitch memandang, perusahaan properti itu mulai kesulitan membayar surat utang.
Ficth memangkas peringkat Pakuwon dari C menjadi RD. Rating ini diperuntukkan bagi perusahaan asing dan lokal.
Peringkat RD ini hampir setingkat dengan C-. Dengan adanya penurunan rating ini, Fitch memprediksi, potensi gagal bayar atau default utang PWON semakin besar. Karenanya, perusahaan ini pun tak lagi menarik bagi investor.
Selain itu, Fitch juga memangkas peringkat surat utang perusahaan pengembang properti itu dalam mata uang asing dan lokal. Ada dua obligasi PWON yang diturunkan ratingnya oleh Fitch.
Pertama, obligasi PWON senilai US$ 110 juta, yang jatuh tempo pada tahun 2011. Rating surat utang ini turun dari semula C/RR4 menjadi RD/RR4. Kedua, Obligasi Senior I senilai Rp 38,5 miliar yang jatuh tempo tahun 2011.
Rating obligasi ini turun pangkat dari C menjadi RD.
Penurunan rating Fitch ini muncul setelah adanya penawaran PWON untuk memperpanjang masa jatuh tempo surat utang, dari semula tahun 2011 menjadi tahun 2015. Saat ini, sekitar 76,14% pemegang obligasi PWON itu sudah mau menerima tawaran perpanjangan jatuh tempo.
Tapi, Fitch memandang bahwa penawaran tersebut menaikkan risiko bagi para pemegang obligasi Pakuwon. Apalagi, dalam perjanjian yang ada, pemegang obligasi tidak langsung mendapatkan pembayaran bunga, melainkan dikumpulkan dalam bentuk pokok.
Karenanya, Michelius S. Mario, Analis Fitch Ratings memprediksi, potensi gagal bayar PWON semakin besar. "Kami akan menilai kembali peringkat tersebut setelah 30 hari riset ini dirilis," katanya, kemarin (4/12).
Fitch menilai, hasil penawaran perpanjangan jatuh tempo itu meningkatkan Coercive Debt Exchange (CDE) Pakuwon. CDE adalah penilaian Fitch terhadap risiko utang sebuah perusahaan.
Dengan metode itu, Michelius menilai pemegang obligasi Pakuwon harus memperpanjang penerimaan tunai. Karena, tidak langsung menerima dalam bentuk bunga. Selain itu, potensi default lebih besar terhadap obligasi itu.
Manajemen Pakuwon Jati melihat, struktur perpanjangan jatuh tempo utang itu bukan sebuah masalah. Direktur Utama PWON Stefanus Ridwan menjelaskan, kondisi keuangan perusahaannya sangat baik. Hingga 30 September 2009, posisi kas internal perusahaan ini mencapai sekitar Rp 338,08 miliar. "Mungkin itu cuma bisa-bisanya Fitch saja," tukas dia.
Yang jelas, kabar pemangkasan peringkat itu tidak menggoyahkan harga saham PWON. Kemarin (4/12), sahamnya dihargai Rp 520 per saham. Ini merupakan harga tertinggi saham PWON sepanjang tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News