kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   8.000   0,53%
  • USD/IDR 16.239   -39,00   -0,24%
  • IDX 7.085   19,39   0,27%
  • KOMPAS100 1.059   3,21   0,30%
  • LQ45 831   0,14   0,02%
  • ISSI 215   0,76   0,35%
  • IDX30 425   0,20   0,05%
  • IDXHIDIV20 514   0,88   0,17%
  • IDX80 121   0,27   0,22%
  • IDXV30 125   0,94   0,76%
  • IDXQ30 142   0,18   0,12%

Tembaga loyo tertekan data China


Rabu, 26 Februari 2014 / 06:26 WIB
Tembaga loyo tertekan data China
ILUSTRASI. YouTube logo at the YouTube Space LA in Playa Del Rey, Los Angeles, California, United States October 21, 2015. REUTERS/Lucy Nicholson/File Photo


Reporter: Yuliani Maimuntarsih | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Pergerakan harga tembaga telah menurun dalam kurun waktu tiga minggu. Pemicunya, antara lain data manufaktur China yang melambat serta kekhawatiran pasar terhadap lanjutan pemangkasan stimulus di Amerika Serikat (AS).

Data manufaktur China, yang dirilis oleh HSBC Holdings Plc dan Market Economics, jatuh ke level terendah selama tujuh bulan, yakni di level 48,3 jauh, di bawah estimasi yang sebesar 49,5.

Akibatnya, harga tembaga untuk kontrak pengiriman  tiga bulanan di London Metal Exchange turun 1,09% menjadi US$ 7.077 per ton dibanding hari sebelumnya. Harga ini menjadi harga terendah sejak 6 Februari 2014.

Sentimen yang buruk dari China memang cukup membuat harga tembaga jatuh. Ini karena China menyumbang 45% dari konsumsi tembaga global. Jesper Dannesboe, Senior Commodity Strategist Societe Generale di London, seperti dikutip Bloomberg, memproyeksikan, pasokan tembaga akan melebih permintaan di tahun ini.

Ini karena pasar properti di China akan melambat. "Pasar properti China melambat dan yuan ikut jatuh akan memperdalam kekhawatiran akan melambatnya permintaan tembaga," ujar Chae Un Soo, pedagang logam di Korea Bank Futures Co di Seoul, pada Bloomberg, kemarin.

Tak hanya itu, menurut pengamat pasar komoditas Ibrahim, perbaikan ekonomi di AS ternyata tidak mampu menopang harga tembaga. Alasannya, pasar harus kena imbas sentimen rencana bank sentral Amerika Serikat yang akan memangkas stimulus moneter.

Ibrahim berpendapat, pemangkasan stimulus ini membuat pelaku pasar cenderung memilih menyimpan dana dalam bentuk dollar AS ketimbang membeli kontrak tembaga. "Namun, Saya rasa kondisi yang paling mempengaruhi adalah pertumbuhan ekonomi di China," ujar Ibrahim.

Selain itu, secara teknikal, Ibrahim bilang, harga tembaga masih cenderung menurun. Ini tampak dari indikator moving average yang negatif karena di atas 55% bolinger tengah. Indikator stochastic negatif menunjukkan, masih menunggu akan adanya penurunan. Moving average convergence divergence (MACD)  juga masih wait and see. Relative strength index (RSI) masih positif di level 65%.

Hari ini, Ibrahim memproyeksikan, harga tembaga masih turun di US$ 7.000-US$ 7.140, dan dalam sepekan antara US$ 7.050-US$ 7.110.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×