Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) memangkas target pelanggan baru Indihome. Dari sebelumnya berencana menambah 1,3 juta pelanggan baru di tahun ini atau naik 19% secara year on year (yoy) dipangkas bertambah 700.000 pelanggan atau naik 10% secara yoy.
Analis Indo Premier Sekuritas Hans Tantio dalam riset Rabu, 3 Juni 2020 menjelaskan, alasan pemangkasan target ini karena tingginya churn rate (jumlah pelanggan yang keluar masuk) pelanggan di saat work from home (WFH). Saat ini, Telkom telah berdiskusi dengan Netflix tentang kepatuhan pada regulator dan perlindungan pelanggan. Pembukaan akses ini menurut Hans bisa meningkatkan akses pengguna data para pelanggan IndiHome dan Telkomsel.
Baca Juga: Trafik layanan data Telkomsel naik 22,8% selama Ramadhan dan Lebaran
Selama kuartal 1 tahun 2020, Telkomsel mencatat pertumbuhan EBITDA 14% secara yoy menjadi Rp 14 triliun, di saat standar akuntansi IFRS 16 baru sehingga biaya sewa operasi menjadi lebih rendah. Margin EBITDA meningkat menjadi 62% dari 55% di kuartal IV tahun 2019.
Pendapatan TLKM menjadi Rp 22 triliun atau naik tipis 1% yoy. Ini karena terjadi penurunan pelanggan 163 juta atau turun 4% secara yoy. Tapi pendapatan rata-rata per pelanggan alias avearage revenue per user (ARPU) naik 3% secara kuartal on kuartal (qoq) menjadi Rp 46.000. Laba bersih TLKM tumbuh 9% secara yoy menjadi Rp 7 triliun karena tarif pajak efektif berkurang dari 25% menjadi 22% efektif pada Januari 20020.
Lalu lintas data TLKM lebih lemah dari pesaingnya selama kuartal 1 tahun 2020 pada 1,950 PB. Padahal XL Axiata (EXCL) naik 1% qoq sedangkan Indosat (ISAT) naik 5% qoq. Lalu lintas data qoq yang datar dan penurunan pelanggan menyiratkan peningkatan penggunaan smartphone menjadi 6 Gb per bulan dari 5,2 GB per bulan di kuartal IV-2019.
Baca Juga: Laba Bersih Telkom Tahun Lalu Cuma Naik 3,9%, Ini Rekomendasi Analis untuk Saham TLKM
Selain itu, pelanggan IndiHome diperkirakan akan mencapai 7,3 juta memenuhi 36% dari target tahun 2020. "Kami mempertahankan rekomendasi beli di Rp 3.700 per saham," terang Hans. Katalis potensial dari saham TLKM adalah pemulihan basis pelanggan di semester II setelah promosi agresifnya di kuartal II tahun ini. Sementara risiko utamanya adalah kompetisi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News