Reporter: Aris Nurjani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan rupiah tertekan oleh sejumlah sentimen global. Selasa (1/11), kurs rupiah spot melemah 0,19% ke Rp 15.628 per dolar Amerika Serikat (AS). Sementara, rupiah di pasar Jisdor melemah 0,32% menuju level Rp 15.647 per dolar AS.
Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan pergerakan rupiah pada pekan ini dipicu oleh beberapa faktor eksternal. Ada serangkaian data ekonomi penting yang akan dirilis.
"Selain itu, bank sentral Australia RBA akan menaikkan suku bunga dan data manufaktur AS diperkirakan bergerak negatif sehingga diharapkan bisa mendorong pergerakan rupiah untuk terapresiasi," kata Nanang kepada Kontan.co.id, Selasa,(1/11).
Baca Juga: Melemah Hari Ini, Simak Proyeksi Rupiah pada Rabu (2/11)
Dia mengatakan, bisa dipastikan the Fed akan menaikkan suku bunga 75 bps. Nanang mengatakan dengan kondisi yang terjadi saat ini, nilai wajar rupiah berada di rentan Rp 15.400 per dolar AS-Rp 15.500 per dolar AS.
Menurut Nanang, pelemahan rupiah tidak terlepas dari perburuan terhadap dolar AS menjelang akhir tahun yang cukup tinggi. Tapi ketika semua faktor sudah menunjukkan tanda berakhir, kemungkinan besar rupiah akan kembali terapresiasi. Dia optimistis rupiah bisa kembali ke Rp 15.100 per dolar AS-Rp 15.300 per dolar AS.
Baca Juga: Terlemah di Asia, Rupiah Spot Ditutup Melemah ke Rp 15.628 Per Dolar AS di Hari Ini
Sentimen positif bagi rupiah bisa berasal dari data inflasi dari dalam negeri yang bergerak melandai. Penurunan laju inflasi diharapkan menurunkan agresivitas Bank Indonesia dalam menaikkan suku bunga.
"Rupiah masih bisa akan bergerak menguat ketika agresivitas The Fed berkurang dan inflasi AS bergerak melandai," tutur Nanang.
Menurut Nanang pergerakan pelemahan rupiah tidak akan panjang ketika The Fed mengerem laju kenaikan suku bunga. Dia memperkirakan rupiah akan berada di level Rp 15.500 per dolar AS-Rp 15.700 per dolar AS pada akhir tahun dan di level Rp 15.100 per dolar AS-Rp 15.300 per dolar AS di semester pertama tahun depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News