Reporter: Djumyati Partawidjaja | Editor: Djumyati P.
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan suku bunga acuan ternyata belum sanggup mengangkat kondisi pasar saham. IHSG minggu lalu bahkan turun sampai ke level 5.600. Akan sampai mana gelombang keluar investor asing di pasar kita? Apa yang bisa dilakukan investor? Berikut ini analisis IHSG dari Renny Raharja Executive Vice President Intermediary Business Schroder Investment Management Indonesia.
Bagaimana Anda melihat kondisi pasar saat ini?
Harus diakui memang kondisi pada saat ini memang volatility-nya agak sedikit tinggi dibandingkan beberapa bulan terakhir. Karena ada beberapa aspek. Memang aspek utamanya, foreign outflow dari pasar obligasi dan pasar saham ini memang membuat tekanan terhadap pasar modal kita sedikit meningkat ya. Yang kedua adalah memang pressure dari rupiah. Memang harus diakui investor kita itu which is kalau mayoritas itu asing artinya persentase dari perhitungan dari US dolar rupiah ini menjadi salah satu aspek yang sangat diperhitungkan. Mau tidak mau kalau rupiah kita tertekan, berarti dari biaya cost of carry dia yang mereka investasikan ke Indonesia itu juga makin meningkat. Ini akan menjadi imbas ke mereka punya total return juga.
Apabila confidence mereka terhadap rupiah ini membaik, pressure-nya akan menurun. Kalau confidence-nya ini dia belum ketemu ya. Mau tidak mau outflow-nya masih akan masih akan sedikit berlanjut.
Bagaimana kita bisa membuat asing confidence?
Satu, confidence dari mereka lihat volatility rupiah sendiri dibandingkan dengan mata uang lain. Yang kedua juga mereka melihat respons dari bank sentral. Apakah cukup alert dengan pergerakan yang terjadi. Which is kalau kita lihat dari apa namanya bank sentral Indonesia, lihat dari respons yang terakhir menurut saya, head of the curve artinya mereka ambil preemptive steps sebelum ekspektasi data kemungkinannya kurang begitu apa namanya kurang begitu baik, dia sudah naikkan duluan.
Apakah artinya sekarang asing sudah confidence?
Confidence-nya masih agak menunggu sih. Sebenarnya foreign itu keluar bukan hanya tahun ini, dari tahun lalu pun mereka sudah keluar. Sebelumnya juga kita lihat foreign juga sempat melakukan apa namanya profit taking. Sebenarnya tahun lalu itu mereka profit taking karena Indonesia pertumbuhan pasar modal Indonesia dibandingkan dengan negara Asia lainnya, kita bukan yang nomor satu. Kita mungkin dibandingkan dengan Korea, China, India, Taiwan itu mereka naiknya lebih tinggi. Tapi tahun ini it’s a different story karena pressure The Fed yang mereka mau tidak mau akan tetap menaikkan suku bunga menyebabkan negara emerging market juga dituntut mau tidak mau juga harus menaikkan tingkat suku bunga mereka. Mata uang kita attractiveness-nya menjadi sedikit tersaingi kalau kita tidak naikkan suku bunga untuk bersaing dengan mata uang utama lainnya.
Bagaimana proyeksi Anda untuk pasar?
Secara fundamental, saya bicara fundamental ya, fundamental kita memang kalau lihat saat ini pertumbuhan laba cukup baik ya. Tapi tidak di semua sektor, mungkin sekitar 10-11% pertumbuhan laba full year 2018 ini mudah-mudahan masih bisa tercapai. Tapi memang ada dari faktor teknikal, yang menyebabkan current foreign outflow. Domestiknya ada beberapa wait and see. Tapi dibandingkan dengan tahun lalu, harusnya big names local domestic kita hopefully melihat value yang cukup atraktif, sebagian mungkin ada yang averaging down. Tapi untuk benar-benar kick in balik lagi harus benar-benar ada confidence asingnya sudah mulai balik, nanti flow-nya balik kembali normal.
Sektor-sektor apa yang masih menarik?
So far kalau dari portofolio kita, kita masih suka dengan big banks, karena di sini relatif bisa dibilang cukup tahan banting karena mereka punya funding cost ini sendiri relatif lebih rendah karena kebanyakan dari CASA dibandingkan dengan perbankan yang bank-bank kecil. Funding mereka harus lewat deposito dan dengan naiknya suku bunga berarti biaya mereka juga lebih tinggi.
Yang kedua kita lihat konsumer, selected consumer kita melihat dengan adanya injection apa namanya dana ke ekonomi lewat apa namanya cash, lewat THR, dana ke-13 dan segalanya ini sedikit membantu. Kuartal kedua hopefully sedikit lebih baik. Tapi untuk beberapa sektor kita lihat telekomunikasi adalah one of the defensive item yang cukup tahan banting dengan kondisi saat ini.
Kalau untuk otomotif, otomotif memang kena hit cukup lumayan di awal tahun tapi hopefully dengan valuasi sekarang cukup atraktif. Untuk properti kita ada beberapa tapi tidak semua nama karena walaupun secara LTV dilonggarkan tapi tidak semua perusahaan properti diuntungkan, tergantung dari proyek yang mereka punya. Kalau untuk komoditi kita melihat hopefully kita impair dengan market. Ada beberapa yang kita ada tapi ada beberapa yang kita belum tambah dulu.
Apa tips untuk para investor?
Bagi yang punya profil risiko dan jangka panjang, saham kita atraktif. Dalam valuasi saat ini ya, tapi mungkin mereka bilang tapi kan mungkin bisa koreksi lagi, ya seperti tadi saya bilang atraktif tapi gejolak masih ada, itu tidak bisa dipungkiri. Tapi bagi nasabah yang mungkin time horizon-nya pendek dan tidak berani dengan risiko seperti ini obligasi jangka pendek pemerintah bisa jadi alternatif, pasar uang reksadana pasar uang bisa jadi alternatif. Atau pun kalau dia mau reksadana obligasi, obligasi yang mungkin tenor pendek to menengah karena ini yang so far risikonya lebih rendah tapi bisa kasih imbal hasil yang cukup atraktif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News