Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) harus memenuhi kewajibannya membayar utang jatuh tempo yang cukup besar tahun ini. Produsen Crude Palm Oil (CPO) ini memeluk utang sebesar Rp 893,61 miliar. Sedangkan pada kuartal ketiga 2014, kas dan setara kas TBLA cuma Rp 272,34 miliar.
Utang valuta asing (valas) TBLA mendominasi dengan porsi atau sebesar US$ 62,2 juta atau setara Rp 782,47 miliar. Sedangkan utang berdenominasi rupiah cuma Rp 111,14 miliar.
Bila dirinci, TBLA memiliki fasilitas pinjaman modal kerja dengan jumlah Rp 34,8 miliar dan US$ 11,575 juta dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI). TBLA pun memiliki fasilitas bill purchasing line untuk mengambil alih wesel ekspor atas dasar L/C senilai US$ 25 juta. Utang ke Mandiri ini akan jatuh tempo Maret 2015.
Lalu TBLA memeluk pinjaman modal kerja untuk pabrik kelapa sawit dan minyak gorengnya sebesar Rp 70 miliar kepada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI). Dus, pinjaman itu akan jatuh tempo 22 Maret 2015.
Kemudian, TBLA mencatat utang sebesar US$ 18 juta ke PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA). Ini terdiri dari fasilitas money market line sebesar US$ 10 juta yang jatuh tempo di 9 Juni 2015 dan pinjaman investasi senilai US$ 8 juta yang jatuh tempo 23 Mei 2015.
TBLA pun mempunyai pinjaman tetap angsuran dari PT Bank National Nobu Tbk (NOBU) senilai Rp 6,34 miliar yang digunakan untuk membeli 3 unit traktor. TBLA melakukan cicilan per bulan termasuk pokok dan bunga senilai Rp 209 juta. Pinjaman ini akan jatuh tempo di 11 Oktober 2015.
Hardy, Sekretaris Perusahaan TBLA, dalam laporannya ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (14/1), menyatakan bahwa pihaknya pun memiliki utang jatuh tempo senilai US$ 7,62 juta dari PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BNII).
Utang kepada BII tersebut berbentuk pinjaman promes berjangka yang memiliki total nilai US$ 70 juta. Sebesar US$ 50 jutaTBLA gunakan untuk melunasi kredit sindikasi dari Rabobank dan US$ 20 juta sebagai modal kerja perseroan.
Sebenarnya, utang tersebut memiliki waktu jatuh tempo 24 September 2017. Pada 2016, TBLA memiliki kewajiban cicilan US$ 8,5 juta. Lalu di 2017, TBLA harus melunasi US$ 7,5 juta.
Sepanjang 2014, TBLA melakukan pembayaran utang valas sebesar US$ 29,11 juta. Di situ, senilai US$ 7,12 juta merupakan utang kepada BII, US$ 486.090 ke CIMB, dan sebesar US$ 21,5 juta ke Bank Mizuho.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News