Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) akan lebih fokus ekspansi organik pada tahun 2016 mendatang.
TBIG berharap ada tambahan penyewaan (tenant) menara sebanyak 1.500-2.000 tenant di tahun depan.
Saat ini, TBIG memiliki lebih dari 19.416 penyewaan dan 12.159 site telekomunikasi.
Helmy Yusman Santoso, Direktur Keuangan TBIG mengatakan, memang selain ekspansi organik dengan menambah penyewa menara, TBIG juga terus memantau peluang akuisisi.
Namun, sampai saat ini belum ada tawaran akuisisi tower dari perusahaan telekomunikasi.
"Kami akan terus membangun tower sambil memantau peluang lainnya," ujar Helmy di Jakarta, Rabu malam (25/11).
Helmy belum menyebut berapa kebutuhan belanja modal TBIG tahun depan karena masih dalam pembahasan manajemen.
Namun, ia mengaku masih memiliki dana sebesar US$ 300 juta dari pinjaman sindikasi tahun lalu untuk mendanai ekspansinya.
"Kami masih punya dana pinjaman yang belum ditarik untuk tahun depan," imbuhnya.
Bisnis TBIG yang jangka panjang memang membuat perseroan harus membiayai ekspansinya dengan utang.
Namun, TBIG mengaku tetap menjaga posisi utangnya di batas aman.
TBIG menjaga tingkat leverage di level 5 kali untuk rasio utang bersih terhadap EBITDA.
Beberapa pekan lalu, TBIG meraih pinjaman sindikasi senilai US$ 275 juta.
Tadinya, TBIG mengincar fasilitas pinjaman US$ 200 juta.
Namun karena kelebihan permintaan sampai 4 kali, jumlahnya dinaikkan 37,5% dari rencana semula.
Pinjaman sindikasi itu diperoleh dari 10 bank yang masing-masing menyediakan minimal US$ 25 juta.
Bunga yang TBIG dapat dari pinjaman tersebut adalah London Interbank Offered Rate (LIBOR) ditambah 2% dengan biaya di muka 1,25%.
Kemudian tenornya yakni 5 tahun 8 bulan.
Perseroan akan menggunakan dana pinjaman itu untuk melunasi fasilitas pinjaman unsecured term dan revolving seri C yang yang jatuh tempo November 2015.
Pinjaman jangka pendek tersebut bernilai US$ 300 juta.
Untuk memberi imbal balik pada pemegang saham, tahun depan, TBIG bersedia mengeluarkan dana Rp 1 triliun untuk membagikan dividen kepada pemegang saham dan membeli kembali sahamnya di pasar (buyback) ketika situasi pasar menguntungkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News