kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   0,00   0,00%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

TBIG dan SCMA menjadi penghuni anyar indeks MSCI


Sabtu, 09 November 2013 / 06:12 WIB
TBIG dan SCMA menjadi penghuni anyar indeks MSCI
ILUSTRASI. PT Prodia Widyahusada, Tbk (kode saham: PRDA) hadirkan fitur Home Service padaaplikasi Prodia Mobile sebagai bagian dari inovasi digital dalam meningkatkan kualitas pelayanannya.


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Daftar penghuni Morgan Stanley Composite International (MSCI) Index berubah. Ada dua saham anggota Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menjadi penghuni anyar. Mereka adalah PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dan PT Surya Cipta Media Tbk (SCMA).

Dua saham itu mengganti saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Indosat Tbk (ISAT) yang terdepak. Indeks MSCI adalah kumpulan saham dari berbagai negara dengan jumlah saham yang diperdagangkan (free float) minimal 14%.

Kehadiran TBIG dan SCMA melengkapi sejumlah emiten BEI yang telah lebih dulu terdaftar dalam indeks MSCI. Beberapa emiten tersebut di antaranya, PT Indofood CBP Tbk (ICBP), PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT Bank Danamon Tbk (BDMN) dan PT Salim Ivomas Tbk (SIMP).

Reza Priyambada, analis Trust Securities menuturkan, perubahan daftar emiten yang menghuni indeks MSCI memang kerap diperhatikan investor meski tidak lantas menjadi dasar untuk menentukan keputusan beli atau jual suatu saham. Biasanya, sentimen positif tentu akan mengiringi saham yang baru masuk ke dalam daftar indeks MSCI.

Morgan Stanley bukan tanpa alasan memasukkan suatu saham ke dalam indeks MSCI. Ini biasanya terkait dengan faktor fundamental maupun likuiditas perdagangan saham bersangkutan.

Sejauh ini, TBIG memang cukup rajin ekspansi. Per kuartal II 2013, TBIG sudah menambah 860 unit menara. Ini menambah kepemilikan menara TBIG menjadi sebanyak 9.308 unit. Di sisi lain, TBIG juga menerapkan strategi efisiensi beban bunga dengan jalan refinancing.

TBIG akan merilis obligasi berkelanjutan tahap I senilai Rp 1 triliun. Dana obligasi untuk membiayai kembali (refinancing) utang TBIG. Utang yang dimaksud adalah fasilitas pinjaman revolving yang bisa dibayar kapan saja.

Begitu juga dengan SCMA yang berhasil meraup pertumbuhan kinerja dua digit. Per 30 September 2013, SCMA membukukan laba bersih Rp 970,54 miliar, tumbuh 11,08% year-on-year (yoy). Sedangkan, laba bersih SCMA naik 11,3% yoy menjadi Rp 3,34 triliun. "Masuknya saham ke indeks MSCI juga bisa menjadi indikasi bahwa saham tersebut sedang diincar asing," kata Reza, Jumat (8/11).

Sebaliknya, bagi saham yang dihapus tentu bisa menghadirkan sentimen negatif. BUMI dan ISAT memang sedang menghadapi tantangan berat terutama dalam hal tanggungan utang yang besar.

Berita ini langsung mengerek harga SCMA dan TBIG. Harga TBIG naik 1,65% ke Rp 6.150 dan SCMA naik 10,20% ke Rp 2.700, kemarin. Sementara, harga ISAT anjlok 5,06% ke Rp 3.750. Namun, harga BUMI tak bergerak dari level Rp 425 per saham. Sebelumnya harga BUMI sempat menyentuh Rp 415.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×