kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Tawaran rezeki konstruksi emiten baru pelat merah


Kamis, 29 November 2012 / 10:53 WIB
Tawaran rezeki konstruksi emiten baru pelat merah
ILUSTRASI. Pemerintah Indonesia memasang target total vaksinasi Covid-19 sebanyak 208.265.720.


Reporter: Ruisa Khoiriyah, Dessy Rosalina | Editor: Imanuel Alexander

Maraknya proyek infrastruktur menjadi momentum tepat bagi PT Waskita Karya melepaskan saham perdana di bursa saham. Prospek sektor yang cerah dan status sebagai BUMN membuat pamornya mengkilap. Seberapa menarik?

Akhirnya, ada juga perusahaan pelat merah yang melenggang ke Bursa Efek Indonesia, tahun ini. PT Waskita Karya (Persero) memastikan akan menggelar penawaran saham perdana alias initial public offering (IPO) sebelum 2012 ini berakhir.

Waskita akan melepaskan 3.082.315.000 saham atau 32% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan ini. Lalu, 3% untuk management and employee stock option (MESOP). Sehingga setelah IPO, komposisi pemegang saham menjadi
65% pemerintah serta 35% publik dan karyawan-manajemen.

Saham IPO Waskita ditawarkan seharga Rp 320–Rp 405 per saham, ini mencerminkan price to earning ratio (PER) 8,6 kali–11,2 kali. Dengan demikian, potensi dana IPO yang bisa diraup berkisar Rp 986,2 miliar sampai Rp 1,24 triliun. Jika berjalan mulus, saham Waskita akan mejeng di BEI menyandang sandi WAKA mulai 19 Desember 2012 mendatang.

Direktur Utama Waskita Karya Muhammad Choliq menuturkan, 60% dana hasil IPO akan digunakan untuk memperbaiki struktur keuangan. Prospektus IPO Waskita menunjukkan utang perusahaan ini memang terbilang tinggi, dengan rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio (DER) 7,71 kali. “Pasca-IPO, dengan tam-bahan ekuitas, rasio ini bisa turun menjadi 2 kali,” jelas Tunggul Rajagukguk, Direktur Keuangan Waskita Karya.

Selain itu, Waskita akan memakai 40% dana IPO untuk pengembangan usaha, yakni memperkuat produksi beton, penggarapan proyek properti Rp 400 miliar sampai Rp 450 miliar, dan menggarap proyek jalan tol.

Nilai IPO Waskita bakal menjadi yang terbesar ketiga di tahun ini, mengalahkan nilai IPO PT MNC SkyVision Tbk (MSKY) senilai Rp 2,1 triliun dan PT BPD Jawa Timur Tbk (BJTM) senilai Rp 1,28 triliun.

Prospek mengkilap

Melenggangnya Waskita menjadi perusahaan publik melengkapi jajaran emiten konstruksi di bursa domestik. Saat ini di BEI sudah ada tujuh emiten di bisnis konstruksi. Tiga di antaranya berstatus BUMN, yaitu PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP), dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI). “Masuknya Waskita ke bursa sudah dinanti oleh para pelaku pasar,” ujar Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities.

Maklum, selain berkiprah di sektor infrastruktur yang diyakini prospeknya masih berkibar, status BUMN Waskita menjadi selling point tersendiri di mata investor. Peluang perseroan pelat merah ini menggarap proyek-proyek pemerintah dinilai cukup besar. Apalagi, hingga 2015, pemerintah menyediakan Rp 564 triliun sebagai alokasi dana pembangunan di sektor transportasi, perumahan, energi, dan listrik.

Langkah IPO ini pun menjadi momen bersejarah bagi Waskita. Terlahir sebagai perusahaan pemerintahan kolonial Belanda bernama Volker Aannemings Maatschappij N.V., yang dinasionalisasi pada 1961 oleh Pemerintah RI, sedari mula Waskita didesain sebagai perusahaan konstruksi.

Di awal kiprahnya, Waskita banyak terlibat di proyek pembangunan perairan, seperti reklamasi dan irigasi. Setelah mengantongi status persero pada 1973, Waskita mulai memperluas jangkauan ke proyek konstruksi jalan layang, jembatan, pelabuhan, bandar udara, juga pabrik.

Beberapa proyek monumental yang digarap oleh Waskita antara lain Bandara Soekarno-Hatta, reaktor Siwabessy, dan pembangkit listrik Muara Karang. Memasuki era 1990-an, perusahaan ini aktif menggarap perkantoran, termasuk Graha Niaga Tower, Plaza Mandiri, Wisma BNI Kota, serta beberapa hotel top seperti Shangri-La dan Sheraton Hotel.

Kini, kegiatan usaha Waskita telah tersebar di sektor jasa konstruksi, industri, realty, dan perdagangan. Hingga Oktober 2012, Waskita mengantongi pendapatan Rp 5,6 triliun, dari target Rp 9,1 triliun tahun ini. Adapun laba bersihnya Rp 131 miliar, dari target 2012 senilai Rp 250 miliar.

Sebanyak 40% pendapatan Waskita disumbang oleh proyek APBN, 20% dari APBD, 20% proyek BUMN, dan sisanya proyek dari klien swasta. “Kontrak baru kami hingga Oktober mencapai Rp 11 triliun dari target Rp 12 triliun. Sedangkan nilai kontrak carry over Rp 5 triliun,” jelas Choliq.

Tahun depan, Waskita menguber target kontrak Rp 22 triliun, terdiri atas kontrak baru Rp 14 triliun dan carry over Rp 8 triliun. Dengan demikian, pendapatan dan laba bersih 2013 ditargetkan Rp 11,5 triliun dan Rp 360 miliar.

Di mata analis, Waskita cukup menjanjikan sebagai pilihan baru saham infrastruktur. “Sektornya prospektif. Namun, perlu dilihat lagi seberapa besar kue Waskita di bisnis infrastruktur ini,” ujar Reza.

Yang pasti, di antara sekitar 8.000 perusahaan konstruksi di Indonesia saat ini, empat pemain besar menguasai 3,4% pangsa pasar. Waskita memimpin dengan pangsa pasar 1%, disusul ADHI dan WIKA masing-masing 0,9% dan 0,8%. Lalu PTPP 0,7%.

Waskita dominan di industri ini, klaim Choliq, lantaran strategi low cost atau harga kompetitif dalam tender. Konsekuensinya, margin kotor Waskita rendah, cuma 9,1%. “Bandingkan dengan WIKA dan ADHI yang margin kotornya 9,5% dan 9,8%,” ujar Arief Budiman, analis Sucorinvest Central Gani.

Choliq berjanji, tahun depan Waskita akan mengerek margin melalui revitalisasi alat proyek. Harga saham perdana Waskita dinilai terbilang murah. “Bandingkan dengan harga saham emiten infrastruktur lain saat ini. Rekomendasi saya beli,” kata Reza.

Hingga Kamis (22/11), saham WIKA seharga Rp 1.500, lalu ADHI di level Rp 1.600, disusul PTPP seharga Rp 820 per saham. Jadi, beli atau tidak? Keputusan di tangan Anda!

***Sumber : KONTAN MINGGUAN 09 - XVII, 2012 Saham

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×