Reporter: Klaudia Molasiarani | Editor: S.S. Kurniawan
Perburuan produk-produk reksadana baru di 2017 sudah bisa Anda mulai awal tahun. Tawarannya bukan hanya datang dari produk reksadana konvensional, juga reksadana berbasis syariah.
Bagi yang ingin memburu reksadana pendapatan tetap syariah, ada tawaran dari Reksadana Syariah Mega Asset Pendapatan Tetap Syariah (Mantap Syariah). Produk besutan PT Mega Asset Management ini baru saja meluncur 10 Januari lalu.
Kemudian, ada Reksadana Syariah Bahana Pendapatan Tetap Syariah Generasi Gemilang racikan PT Bahana TCW Investment Manangement. Produk itu dirilis akhir Februari kemarin.
Menurut Fitzgerald Stevan Purba, Head of Investment & Research Mega Asset, perkembangan instrumen syariah di tanah air dari tahun ke tahun semakin memiliki peran sebagai alternatif kendaraan investasi. “Untuk yang konvensional, mungkin banyak yang menilai risikonya terlalu besar atau banyak manipulasi,” kata Fitzgerald.
Nah, kekurangan itu yang relatif jarang ditemui pada instrumen investasi syariah. Sebab, instrumen ini sesuai dengan hukum syariat Islam. Lalu dari segi risiko, instrumen syariah relatif juga lebih rendah dibanding produk investasi konvensional.
Penduduk Indonesia yang mayoritas muslim juga jadi dsar Mega Asset merilis produk reksadana syariah. “Bisa dibilang, pasarnya cukup potensial meski dari sisi investasi agak terbatas dibanding yang konvensional,” ujar Fitzgerald.
Pasar obligasi menarik
Menurut Beben Feri Wibowo, Senior Research & Analyst Pasar Dana, prospek reksadana pendapatan tetap syariah tahun ini bakal lebih bersinar ketimbang tahun lalu. Sebab, fundamental ekonomi kita cukup bagus. “Imbal hasilnya kami perkirakan ada di kisaran 7% sampai 8% tahun ini,” ucap dia.
Obligasi yang menjadi aset dasar reksadana pendapatan tetap syariah, Beben mengungkapkan, sudah menunjukkan kinerja yang baik di awal tahun ini. Sepanjang Januari lalu, indeks obligasi syariah menguat 1,64%.
Di Februari per tanggal 2, indeksnya sudah merangkak naik 0,06%. Jadi, tren penguatan indeks obligasi syariah masih terjaga.
Ya, Edward Lubis, Presiden Direktur Bahana TCW, menyatakan, pasar obligasi tetap menarik tahun ini dan secara investasi tergolong konservatif. “Sehingga, cocok untuk pengelolaan dana abadi yang membutuhkan stabilitas yang tinggi atas volatilitas yang rendah,” katanya.
Maklum, Reksadana Bahana Syariah Generasi Gemilang merupakan dana abadi alias endowment fund.
Bagi Anda yang tertarik berinvestasi di reksadana pendapatan tetap syariah, simak dulu strategi investasinya.
- Mantap Syariah
Mega Asset tak mematok angka pasti untuk target imbal hasil Reksadana Mantap Syariah. Tapi, mereka membidik return di atas 1% dari rata-rata indeks Infovesta Syariah Invest Fund dan Indeks Reksadana Pendapatan Tetap Syariah sebagai acuan (benchmark).
Untuk mencapai target itu, Mega Asset menerapkan strategi penempatan dana kelolaan sebanyak 80%–100% pada sukuk. Sedang sisanya di pasar uang syariah dalam negeri atau deposito bank syariah.
Untuk penempatan di surat utang syariah, Mega Asset memilih sukuk negara dan korporasi. Komposisinya, menurut Fitzgerald, lebih banyak di sukuk pemerintah. Tapi, ini bergantung kondisi pasar.
Kalau harga sukuk sedang naik turun, biasanya yang pertama kali kena dampaknya adalah semua surat utang pemerintah. Sebab, volatilitasnya lebih besar ketimbang obligasi swasta.
“Kalau keadaan seperti itu, kita overweight ke obligasi korporasi. Biasanya obligasi pemerintah lebih volatile, sehingga untuk stabilisasi kami pakai korporasi,” ujar Fitzgerald.
Manajer investasi yang berdiri 2011 ini menyasar obligasi korporasi dengan rating tinggi plus yang memberi imbal hasil tinggi. Tapi, tidak mesti surat utang swasta dengan rating AAA. Sebab, Fitzgerald menyebutkan, obligasi korporasi berating AAA biasanya mengasih imbal hasilnya kecil.
Yang jelas, Mega Asset menjatuhkan pilihan mayoritas pada obligasi terbitan badan usaha milik negara (BUMN). Misalnya, perusahaan pelat merah yang bergerak di sektor infrastruktur dan konstruksi. “Kami enggak banyak pilihan lagi, kalau obligasi konvensional banyak sektornya,” kata Fitzgerald.
Untuk tenor sukuk, dengan pertimbangan ketersediaan pasokan di pasar, Mega Asset kelihatannya akan lebih banyak mengoleksi surat utang syariah dengan jangka waktu pendek, satu hingga empat tahun, juga menengah, lima sampai tujuh tahun. Tenor panjang di atas delapan tahun sedikit.
Sementara pilihan deposito lebih banyak jatuh ke tenor satu bulan. “Dengan mempertimbangkan kondisi arus dana (cash flow) dan pandangan ekspektasi kenaikan tingkat suku bunga,” jelas Fitzgerald.
Reksadana Mantap Syariah mengincar investor, baik institusi maupun ritel, jangka panjang, di atas satu tahun. Ini sesuai dengan mekanisme sukuk yang lebih banyak membiayai proyek infrastruktur. “Sehingga, kami mencari nasabah jangka panjang, bukan untuk mencari keuntungan cepat, lebih ke stabil,” ujar Fitzgerald,
Anda berminat? Investasi awal produk reksadana syariah ini minimal hanya Rp 100.000. Biaya pembeliannya maksimum 2% dari nilai pembelian. Tahun ini, Mega Asset menargetkan dana kelolaan Rp 25 miliar.
- Bahana Syariah Generasi Gemilang
Beda dengan Reksadana Mantap Syariah racikan Megga Asset, Bahana TCW mengeluarkan reksadana pendapatan syariah yang mengusung konsep dana abadi. Anak usaha Bahana Securities ini menggandeng Yayasan Alumni Peduli IPB dalam membesut Reksadana Bahana Syariah Generasi Gemilang.
Edward mengatakan, produk ini untuk menggalang dana dari para alumni IPB dan masyarakat yang peduli dengan pendidikan anak-anak Indonesia.
Dana kelolaan yang terkumpul akan dibentuk menjadi suatu dana abadi yang kelak digunakan untuk beberapa program utama Yayasan Alumni Peduli IPB. Yakni, beasiswa bagi mahasiswa yang kurang mampu, program pelatihan kewirausahaan, serta workshop teknologi dan kepemimpinan.
Tapi, Reksadana Bahana Syariah Generasi Gemilang tak hanya mengantarkan investor pada cuan, melainkan juga investasi berkah. Pemodal bisa menyumbangkan investasinya untuk program-program Yayasan Alumni Peduli IPB.
Targetnya, bukan hanya investor individu tapi juga pemodal institusi. “Kami pun berusaha menjangkau lapisan investor yang cukup luas terutama investor yang konservatif dan baru mengenal konsep berinvestasi, dengan horizon jangka menengah,” kata Edward.
Itu sebabnya, portofolio reksadana pendapatan tetap syariah ini hampir 100% adalah sukuk negara dengan denominasi rupiah, yang risiko investasinya paling rendah. Bahana TCW memilih tenor pendek dan menengah untuk meredam volatilitas.
Walhasil, Reksadana Bahana Syariah Generasi Gemilang sangat cocok untuk tipe investasi dana abadi yang membutuhkan hasil tahunan.
Tentu, Bahana TCW juga menempatkan dana kelolaan produk reksadananya tersebut di instrumen pasar uang. “Namun, hanya untuk likuiditas harian saja, bukan menjadi prioritas investasi,” tegas Edward.
Strategi pengelolaan portofolio reksadana ini bersifat dinamis. Pembelian dan penjualan efek syariah berangkat dari analisis ekonomi, tenor, efek syariah yang mengacu pada batasan investasi dan likuiditas portofolio.
Sehingga, perputaran portofolio selalu bisa mengikuti batasan likuiditas sesuai dengan pergerakan pasar. Dengan strategi tersebut, Bahana TCW menargetkan imbal hasil untuk Reksadana Bahana Syariah Generasi Gemilang tahun ini sebesar 7% sampai 8%.
Bagi yang tertarik, investasi awalnya minimal hanya Rp 100.000. Untuk biaya pembelian, penjualan kembali, imbal hasil manajer investasi, dan imbalan jasa bank kustodian, Edward mengaku masih dalam finalisasi. “Target kami di akhir tahun dana kelolaan mencapai 200 miliar,” ujar Edward.
Silakan Anda timang-timang sebelum memilih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News